Senin, 29 September 2025

Pendidikan Profesi Guru

5 Contoh Studi Kasus Penilaian PPG 2025 Minimal 350 Kata sebagai Referensi

contoh studi kasus PPG 2025 minimal 350 kata masalah Penilaian sebagai referensi untuk guru SD, SMP, SMA peserta PPG Guru Tertentu saat UKPPPG 2025

Penulis: Sri Juliati
Editor: Suci BangunDS
Kolase Tribunnews.com/Canva
STUDI KASUS PPG - Grafis tentang contoh studi kasus PPG 2025 tentang Penialan yang dibuat di aplikasi Canva Premium, Minggu (28/9/2025). Inilah contoh studi kasus PPG 2025 minimal 350 kata dan maksimal 600 kata tentang Penilaian saat UTBK UKPPPG 2025 sebagai referensi untuk guru SD, SMP, SMA. 

4. Apa pengalaman berharga yang bisa dipetik?

Dari pengalaman ini, saya memahami bahwa penilaian di kelas rendah tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga harus mempertimbangkan proses dan pendekatan yang sesuai dengan kemampuan perkembangan siswa. Penilaian tertulis tidak selalu mencerminkan pemahaman siswa secara utuh, terutama jika keterampilan menulis mereka belum berkembang optimal. 

Saya belajar pentingnya menyediakan bentuk penilaian yang bervariasi, seperti penilaian lisan, praktik langsung, dan observasi, untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kemampuan siswa. Selain itu, rubrik yang jelas dan terstruktur sangat membantu dalam memberikan penilaian yang objektif. Ke depan, saya akan lebih banyak menerapkan penilaian otentik yang menempatkan siswa dalam situasi nyata, serta memperkuat asesmen formatif sebagai bagian dari proses pembelajaran yang berkelanjutan.

B. Contoh Studi Kasus Penilaian PPG 2025

1. Deskripsikan bentuk penilaian yang Bapak/Ibu lakukan sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran.

Sebagai guru IPA kelas 2 SMP, saya terbiasa menggunakan penilaian berupa ujian tertulis sebagai instrumen utama untuk mengukur pemahaman siswa. Bentuk soal yang saya gunakan umumnya pilihan ganda dan uraian singkat. Tujuan awalnya adalah untuk melihat sejauh mana siswa memahami materi, misalnya tentang sistem pernapasan manusia. 

Namun, dalam praktiknya, penilaian ini cenderung hanya menilai hasil akhir dan tidak sepenuhnya menggambarkan proses belajar siswa. Beberapa siswa yang rajin bertanya, aktif diskusi, dan berusaha keras selama pembelajaran ternyata memperoleh nilai rendah saat ujian, sehingga hasil penilaian tidak sepenuhnya adil.

2. Bagaimana merancang penilaian agar sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kondisi siswa?

Untuk merancang penilaian agar sesuai dengan tujuan pembelajaran, saya mulai menyadari pentingnya memvariasikan instrumen. Saya mencoba menggabungkan penilaian tertulis dengan penilaian proyek sederhana, seperti membuat model paru-paru dari botol plastik bekas. Selain itu, saya menambahkan penilaian sikap melalui observasi saat siswa bekerja dalam kelompok. 

Dengan cara ini, saya tidak hanya menilai pengetahuan, tetapi juga keterampilan (psikomotor) dan sikap ilmiah (afektif) siswa. Saya juga menyesuaikan instrumen dengan kondisi kelas yang heterogen, misalnya ada siswa yang lebih terampil praktik daripada menulis, sehingga mereka tetap bisa menunjukkan kompetensinya.

3. Bagaimana respons peserta didik terhadap bentuk penilaian yang dilakukan?

Respons siswa terhadap perubahan bentuk penilaian cukup positif. Mereka merasa lebih termotivasi karena tidak hanya dinilai dari ujian akhir, tetapi juga dari aktivitas sehari-hari. Beberapa siswa yang sebelumnya sering gugup saat ujian merasa lebih percaya diri karena dapat menunjukkan kemampuan melalui proyek dan presentasi kelompok. Siswa juga menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran karena tahu bahwa sikap dan partisipasi mereka juga dinilai.

4. Apa pengalaman berharga yang bisa dipetik?

Pengalaman berharga yang saya petik adalah bahwa penilaian yang beragam lebih adil dalam menggambarkan kemampuan siswa. Dengan mengombinasikan berbagai teknik penilaian, saya bisa melihat potensi siswa dari berbagai aspek, bukan hanya kognitif. Hal ini sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri siswa yang mungkin tidak unggul dalam ujian tertulis tetapi sangat baik dalam praktik maupun kerja sama kelompok. Saya belajar bahwa penilaian seharusnya mendukung pembelajaran, bukan hanya menjadi alat seleksi.

C. Contoh Studi Kasus Penilaian PPG 2025

1. Deskripsikan bentuk penilaian yang Bapak/Ibu lakukan sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan pembelajaran.

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X dengan materi teks anekdot, penilaian yang saya lakukan pada awalnya berfokus pada tes tertulis. Bentuk instrumen yang digunakan adalah soal pilihan ganda dan uraian singkat yang mengukur pemahaman siswa terhadap struktur, ciri kebahasaan, dan fungsi teks anekdot.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan