Sabtu, 4 Oktober 2025

HUT TNI

Catatan Evaluatif KontraS di HUT ke-80 TNI: Masuk Kampus, Cawe-cawe Ranah Ekspresi Digital

Kampus diserbu, influencer dipolisikan. Di balik parade HUT ke-80 TNI, KontraS ungkap catatan sipil yang bikin merinding.

Youtube @KontraS
EVALUASI TNI - Peneliti KontraS, Hans Giovanny (kiri), memaparkan laporan tahunan menjelang HUT ke-80 TNI dalam jumpa pers di Kantor KontraS, Jakarta Pusat, Jumat (3/10/2025). Catatan tersebut menyoroti dugaan intervensi militer ke kampus dan ranah digital sebagai ancaman terhadap kebebasan sipil. 

Ringkasan Utama

TNI mengusung tema “TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju” dalam HUT ke-80 sebagai simbol profesionalisme dan kedekatan dengan masyarakat. Namun, KontraS merilis catatan evaluatif yang menyoroti dugaan intervensi militer ke kampus dan pelaporan terhadap warga sipil di ranah digital, sebagai bagian dari refleksi sipil atas kinerja TNI sepanjang satu tahun terakhir.

  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI) tahun ini mengusung tema “TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju”. Tema tersebut mencerminkan komitmen TNI terhadap profesionalisme, modernisasi, dan kedekatan dengan masyarakat. 

Kepala Pusat Penerangan TNI, Brigjen TNI Freddy Ardianzah, menyatakan bahwa TNI terus berupaya menjadi institusi yang responsif, adaptif, dan integratif dalam menjaga kedaulatan negara.

“Peringatan ini bukan hanya etalase kekuatan pertahanan, tapi juga panggung kebersamaan antara TNI dan rakyat,” ujar Freddy dalam konferensi pers di kawasan Monas, Jakarta, Jumat (3/10/2025).

Di sisi lain, dalam jumpa pers terpisah yang digelar di Kantor KontraS, Kwitang, Jakarta Pusat, pada hari yang sama, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyampaikan catatan evaluatif terhadap kinerja TNI selama satu tahun terakhir.

Catatan ini dirilis sebagai bagian dari peluncuran laporan tahunan Hari TNI, yang dimaksudkan sebagai kontribusi sipil dalam mendorong agenda reformasi sektor keamanan dan peningkatan profesionalisme militer di Indonesia.

Peneliti KontraS, Hans Giovanny, menyatakan bahwa TNI tidak seharusnya terlibat dalam hal-hal di luar tugas pokoknya, termasuk mengintervensi kebebasan berpendapat di ruang publik. 

“Pemantauan yang dilakukan selama kurang lebih satu tahun terakhir menunjukkan sejumlah kasus pelanggaran terhadap kebebasan sipil oleh prajurit TNI,” ujar Hans.

Baca juga: Korban Kekerasan oleh TNI Meningkat Tiap Tahun, KontraS: Tersebar dari Aceh Sampai Papua

KontraS mencatat sedikitnya 85 peristiwa kekerasan yang melibatkan prajurit TNI sepanjang Oktober 2024 hingga September 2025, dengan total 182 korban. Rinciannya meliputi:

  • 64 orang mengalami luka-luka
  • 31 orang meninggal dunia
  • 87 orang mengalami intimidasi, teror, atau perlakuan tidak semestinya

Jenis kekerasan yang paling dominan meliputi:

  • 38 penganiayaan
  • 13 penyiksaan
  • 19 intimidasi
  • 11 penembakan
  • 7 kekerasan seksual

Dua isu utama yang menjadi sorotan KontraS adalah intervensi militer ke kampus dan pelaporan terhadap warga sipil di ranah digital, yang keduanya dinilai berkaitan erat dengan demonstrasi akhir Agustus lalu.

Pada 1 September 2025, terjadi insiden di Universitas Pasundan (Unpas) dan Universitas Islam Bandung (Unisba), di mana aparat disebut masuk ke lingkungan kampus dan menembakkan sekitar 30 selongsong gas air mata saat merespons aksi demonstrasi mahasiswa.

“Ini merupakan bentuk intervensi terhadap ruang akademik yang seharusnya dijamin kebebasannya dan juga pelanggaran terhadap kebebasan sipil yang dijamin oleh konstitusi,” tegas Hans.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved