Sabtu, 4 Oktober 2025

CSR dan Jurnalisme: Bukan Sekadar Berita Seremonial, Tapi Solusi Sosial

Media dan CSR: Menulis Kebaikan yang Berdampak, Bukan Sekadar Berita Baik

istimewa
CSR - TBIG melalui tim CSR bekerja sama dengan trainer professional dalam menyusun materi pembelajaran bagi siswa SMK, mahasiswa jurusan koperasi dan pelaku usaha mikro. Media dan CSR: Menulis Kebaikan yang Berdampak, Bukan Sekadar Berita Baik 

TRIBUNNEWS.COM – Di tengah hiruk pikuk industri dan derasnya arus informasi, satu pertanyaan penting sering kali terlewat: Bagaimana menerapkan kerangka jurnalisme berkualitas untuk menopang peliputan Corporate Social Responsibility (CSR)?

Pertanyaan ini mengemuka dalam Journalism Fellowship On CSR 2025 batch II, sebuah inisiatif hasil kolaborasi Tower Bersama Group (TBIG) dan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP).

Di hadapan para jurnalis dan jurnalis senior, Fransiskus Surdiasis, yang juga merupakan anggota Komite Tanggung Jawab Perusahaan Platform Digital untuk Jurnalisme Berkualitas, mengungkapkan sebuah gagasan penting yang menggugah cara pandang lama terhadap CSR.

“Selama ini, media dan bahkan para jurnalismasih melihat CSR sebagai urusan internal perusahaan. Sekadar aksi kebaikan yang patut diberitakan, bukan sebagai bagian dari kepentingan publik,” tutur Fransiskus, dalam kelas daring Journalism Fellowship On CSR 2025 batch II, saat dikonfirmasi, Senin (29/9/2025).

Ia tidak sedang berbicara soal bagaimana CSR dipublikasikan, tetapi bagaimana CSR seharusnya dimaknai.

Menurutnya, peliputan CSR yang hanya menampilkan sisi filantropi perusahaan justru berpotensi 'menyesatkan publik'. 

Narasi CSR tidak cukup bila berhenti pada seremoni penyerahan bantuan atau pencitraan lembaga.

"Ada kebutuhan untuk melaporkan CSR dalam cara yang lebih meaningful, dengan menempatkannya dalam konteks persoalan dan kebutuhan masyarakat," ujar Frans dalam materinya.

Menurutnya yang penting adalah bagaimana CSR menjawab persoalan nyata di masyarakat.

Liputannya harus meaningful, tidak hanya menggambarkan perusahaan yang dermawan, tetapi juga menunjukkan sejauh mana mereka ikut bertanggung jawab menyelesaikan masalah sosial.

CSR: Dari Aksi Sosial ke Komitmen Kolektif

Baca juga: Ternyata Bukan ID Pers Profesional Jurnalis CNN yang Sempat Disita Biro Pers, Ini Penjelasannya

Dalam pandangan Fransiskus, CSR seharusnya tidak dilihat sebagai kemurahan hati, melainkan sebagai komitmen jangka panjang perusahaan terhadap kehidupan sosial masyarakat.

Pusat tanggung jawabnya, tidak lagi berada di dalam pagar korporasi, tetapi berpindah ke masyarakat itu sendiri.

Dengan kata lain, CSR adalah tanggung jawab sosial, bukan program sosial.

Seperti warga negara lainnya, perusahaan pun memiliki tanggung jawab moral dan strategis untuk ikut serta menyelesaikan masalah-masalah publik: pendidikan yang timpang, lingkungan yang rusak, ketimpangan ekonomi, dan sebagainya.

Media dan CSR: Titik Temu pada Kepentingan Publik

Fransiskus juga menyentil peran media yang dinilai belum maksimal dalam membingkai CSR dalam konteks yang tepat.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved