Senin, 29 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Istana Ungkap Data Keracunan MBG, Korban Lebih dari 5 Ribu Orang

Kepala Staf Presiden (KSP) M Qodari mengungkapkan data mengenai insiden siswa keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Tribunnews.com/Taufik Ismail
DATA KERACUNAN MBG - Kepala Staf Kepresidenan, Muhammad Qodari di Gedung Bina Graha, Komplek Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Senin, (22/9/2025). Muhammad Qodari mengungkapkan data mengenai insiden siswa keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf Presiden (KSP), Muhammad Qodari mengungkapkan data mengenai insiden siswa keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Qodari menyebut, data dari Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Kesehatan, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan menunjukkan bahwa ada lebih dari 5.000 siswa tercatat mengalami keracunan.

"BGN, 46 kasus keracunan dengan jumlah penderita 5.080. Ini data per 17 September. Kedua, dari Kemenkes, 60 kasus dengan 5.207 penderita, data 16 September. Kemudian BPOM, 55 kasus dengan 5.320 penderita, data per 10 September 2025," ucapnya di Istana, Jakarta, Senin (22/9/2025).

Ia menekankan bahwa secara statistik, angka yang disampaikan oleh ketiga kementerian/lembaga itu sinkron, yakni yang mengalami keracunan akibat MBG sama-sama berada di sekitar angka 5.000 orang.

"Kemudian dari elemen masyarakat, ada namanya Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia. Mantau lewat media mencatat 5.360 siswa (keracunan), tidak menyebut berapa jumlah kasusnya," jelasnya.

Berdasarkan asesmen BPOM, sambungnya, Jawa Barat (Jabar) menjadi provinsi yang paling banyak terjadi kasus keracunan MBG.

“Puncak kejadian tertinggi pada bulan Agustus 2025 dengan sebaran terbanyak di Provinsi Jawa Barat,” tuturnya.

Qodari juga menjelaskan sejumlah penyebab siswa mengalami keracunan menu MBG, yaitu higienitas makanan, suhu makanan dan ketidaksesuaian pengolahan pangan, kontaminasi silang dari petugas, serta ada indikasi sebagian disebabkan alergi pada penerima manfaat.

Terpisah, pemerintah menegaskan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan difokuskan pada wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). 

Istilah daerah 3T ini digunakan untuk merujuk pada wilayah-wilayah di Indonesia yang memiliki karakteristik geografis, sosial, dan ekonomi yang berbeda dengan wilayah lainnya, biasanya sulit dijangkau dan minim infrastruktur serta layanan dasar.

Sebelumnya, Komisi IX DPR RI meminta BGN melibatkan pihak sekolah dalam proses penyediaan program MBG.

Baca juga: Program MBG di Daerah 3T, Pemerintah Berupaya Penuhi Gizi Hingga Berdayakan Ekonomi Lokal

Menurut Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Yahya Zaini, pihak sekolah diharapkan hadir sebagai solusi bagi masalah MBG yang marak terjadi, yakni keracunan massal hingga serapan anggaran yang masih rendah.

"Banyaknya kasus keracunan, perlu dipikirkan alternatif MBG dikelola sekolah bersama komite sekolah," kata Yahya Zaini kepada wartawan, Senin.

Legislator Golkar itu menjelaskan BGN masih mengandalkan keterlibatan mitra di antaranya yayasan dan UMKM untuk operasional dapur dan penyaluran MBG.

Padahal, pihak sekolah yang justru memahami karakter anak-anak didiknya yang mendapat fasilitas program MBG.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan