PBNU dan Muhammadiyah Serukan Perdamaian: Jangan Ada Lagi Korban Jiwa
Dua ormas Islam terbesar, PBNU dan Muhammadiyah, mengajak aparat dan masyarakat menjaga kondusivitas serta mengedepankan dialog pasca demonstrasi.
TRIBUNNEWS.COM — Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, menyampaikan seruan damai menyusul tragedi meninggalnya Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online (ojol), dalam aksi unjuk rasa di Jakarta.
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar, menyampaikan belasungkawa dan mengajak seluruh pihak untuk menahan diri.
“Kami keluarga besar Nahdlatul Ulama turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Semoga almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan kesabaran,” kata Miftachul, dalam keterangannya dikutip Sabtu (30/8).
Ia menegaskan, penyampaian aspirasi adalah hak konstitusional warga negara yang harus dihormati, baik oleh aparat maupun peserta aksi. Karena itu, aparat diimbau mengedepankan kesabaran dan dialog.
“Kami minta aparat untuk senantiasa sabar dan menahan diri, agar tidak terjadi benturan yang dapat merugikan semua pihak,” ujarnya.
Rais Aam juga menyerukan agar perbedaan pendapat disalurkan dengan cara damai dan bermartabat. “Jangan sampai aksi menyuarakan aspirasi justru melahirkan korban jiwa dan merugikan bangsa dan negara,” katanya.
Ia menegaskan, warga NU di semua tingkatan diminta menjadi peneduh dalam masyarakat. “Mari kita jaga persaudaraan, keamanan, dan ketertiban. PBNU mengajak seluruh warga NU untuk menjadi peneduh di tengah masyarakat," tambahnya.
Sementara itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam pernyataannya juga mengucapkan duka cita mendalam.
“Kami turut berdukacita atas meninggalnya saudara kita, Affan Kurniawan, dalam peristiwa unjuk rasa massa pada hari Kamis malam (28/8) di Jakarta. Semoga almarhum mendapat balasan terbaik di sisi Allah SWT serta keluarga yang ditinggalkan dapat menghadapi dengan sabar, memperoleh keadilan yang semestinya, serta tersantuni dengan sebaik-baiknya,” tulis pernyataan resmi PP Muhammadiyah, dikutip Sabtu.
Baca juga: Tragedi Affan Kurniawan, Pemuda Muhammadiyah Minta DPR dengarkan Tuntutan Rakyat
Muhammadiyah menekankan pentingnya semua pihak menahan diri dan menghentikan kekerasan. “Semua pihak hendaknya mengutamakan kepentingan bangsa dan negara sebagai fondasi dan modal membangun Indonesia,” tulis pernyataan itu.
Organisasi tersebut juga menyoroti pentingnya sensitivitas elite terhadap aspirasi publik. “Kami meminta para elit politik untuk lebih mawas diri, melakukan introspeksi, dan tidak melukai hati rakyat. Publik membutuhkan keteladanan para pemimpinnya,” kata PP Muhammadiyah.
Terkait proses hukum, Muhammadiyah mendukung langkah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk mengusut tuntas insiden itu.
"Kami mendukung komitmen positif Bapak Kapolri untuk mengusut tuntas dan melakukan proses hukum yang seadil-adilnya atas peristiwa meninggalnya Almarhum Affan yang disebabkan tindakan berlebihan dari aparat kepolisian di lapangan,” demikian pernyataan itu.
Muhammadiyah juga mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terprovokasi, khususnya oleh informasi tidak jelas di media sosial. “
Masyarakat hendaknya arif dan cerdas dalam menyikapi informasi dengan melakukan klarifikasi kepada pihak-pihak yang berwenang atau kepada para tokoh panutan,” tulis PP Muhammadiyah.
KPK Buka Kemungkinan Panggil Ketua Umum PBNU Terkait Dugaan Aliran Dana Korupsi Kuota Haji |
![]() |
---|
Kasus Dugaan Aliran Dana Korupsi Haji, KPK Buka Kemungkinan Panggil Ketum PBNU |
![]() |
---|
PBNU Bantah Terima Aliran Dana Korupsi Kuota Haji: 'Disebutkan Saja Nama yang Tersangkut' |
![]() |
---|
PP Pemuda Muhammadiyah Dukung Polri Usut Tuntas Dalang Kerusuhan Akhir Agustus 2025 |
![]() |
---|
PBNU dan GBI Sepakat Menjadi Katalisator Kerukunan Umat Beragama |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.