Senin, 29 September 2025

Demo di Jakarta

Analis Dorong Penguatan Sinergi Polri di Tengah Dinamika Aksi Massa

Tragedi tewasnya driver ojol Affan Kurniawan yang dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob Polri menimbulkan gelombang aksi

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Wahyu Aji
Tribun Medan/Dani Siregar
BERAKHIR RICUH - Pengunjuk rasa terlibat bentrok dengan petugas kepolisian saat aksi di depan Gedung DPRD Sumut, Medan, Jumat (29/8/2025). Kericuhan terjadi antara kepolisian dan pengunjuk rasa saat akan menuntut untuk mengusut tuntas personel Brimob yang melindas diver ojol hingga tewas dan meminta DPR untuk dibubarkan. TRIBUN MEDAN/DANIL SIREGAR 

“Dimana saat ini isunya telah bergeser kepada institusi kepolisian. Dan sangat mungkin akan terbuka isu-isu lain,” kata Simon. 

Ketiga, para pejabat publik, baik di eksekutif dan legislatif merespon normatif saja. Ucapan bela sungkawa, permintaan maaf dan sebagainya.

Tidak ada kebijakan nyata untuk menjawab keresahan publik, seperti kenaikan gaji, tunjangan, dana dana reses/dapil Anggota DPR.

Ataupuan eksekutif tidak secara tegas memberikan jawaban yang menyasar akar persoalan, misalnya meminta pemda untuk tidak menaikkan PBB sekalian mengembalikan DBH sebagaimana semula, mengurangi MBG dan sebagainya.

“Tidak ada akar persoalan yang dijawab langsung dengan kebijakan nyata oleh eksekutif dan legislatif kita. Seolah membiarkan suasana yang terjadi sebagai fenomena biasa,” kata Simon. 

Keempat, di tengah tiga indikasi di atas, potensi kerusuhan akan terus berlanjut sangat tinggi karena ketidakjelasan respon para pejabat publik kita. Sementara yang berhadapan langsung dengan rakyat adalah aparat kepolisian.

Mereka terus menangani situasi demonstrasi di berbagai daerah. Ada indikasi untuk mendelegitimasi peran Polri dengan cara membenturkan Polri dengan demonstran.

“Isunya bergeser ke delegitimasi Polri. Padahal tuntutan publik adalah kebijakan DPR dan Pemerintah,” kata Simon. 

Simon menyerukan kepada aparat kepolisian yang bertugas di lapangan untuk tetap menjaga soliditas internal dan sinegisitas dengan TNI untuk menjaga situasi tetap kondusif.

“Tetap solid, jangan sakiti rakyat, tangani dengan cara cerdas, konsolidasikan informasi intelijen secara akurat dan proporsional,” katanya. 

Simon juga menyerukan kepada Polri untuk melakukan penyelidikan dengan cepat dan terbuka terhadap para oknum yang menabrak ojol hingga tewas kemarin.

“Polri harus berani melakukan tindakan penyelidikan dan evaluasi menyeluruh terhadap SOP kerja mereka supaya tidak terjadi hal serupa di masa depan” kata Simon. 

“Kita semua tidak menginginkan situasi kerusuhan yang terjadi di Myanmar, Thailand, dan negara-negara lain di sekitar kita, juga terjadi di Indonesia. Kita harus saling jaga, selesaikan segala hal secara proporsional. Aparat pertahanan dan keamanan, Polri-TNI-BIN agar tetap menjaga soliditas dan sinergisitas. Respon kasus meninggalnya ojol dengan penyelidikan yang terang benderang, atasi kekecewaan publik terhadap kebijakan dengan kebijakan yang aspiratif dan terang benderang. Kita berada di zaman terbuka, jangan perlakukan rakyat dengan bodoh,” kata Simon.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menyoroti pernyataan Presiden Prabowo Subianto soal rasa kecewa terhadap tindakan aparat dalam insiden tewasnya pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, merupakan teguran politik yang keras.

“Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menegaskan rasa kecewanya atas tindakan aparat dalam insiden tewasnya pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, bukan sekadar ekspresi emosional seorang kepala negara. Dalam politik, setiap kata yang keluar dari seorang presiden adalah gestur yang sarat makna, sekaligus pesan kepada publik dan institusi yang dipimpinnya,” ujar Agung.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan