Kamis, 2 Oktober 2025

YouGov: Konsumen Indonesia Aktif di Kanal Digital tapi Sensitif pada Harga yang Tinggi

Pembeli di Indonesia punya ciri khas tersendiri, meski perilaku ini dalam beberapa hal sejalan dengan tren di Asia Pasifik.

Daily Mail
PERILAKU KONSUMEN - Laporan terbaru YouGov mengungkap pembeli di Indonesia punya ciri khas tersendiri, meski perilaku ini dalam beberapa hal sejalan dengan tren di Asia Pasifik. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laporan terbaru YouGov mengungkap pembeli di Indonesia punya ciri khas tersendiri, meski perilaku ini dalam beberapa hal sejalan dengan tren di Asia Pasifik.

Pembeli di Indonesia lebih mengutamakan kebersihan dan kerapian toko, variasi produk, serta cenderung memilih minimarket dibandingkan supermarket besar.

YouGov adalah perusahaan riset pasar dan analisis data berbasis teknologi yang didirikan di Inggris pada tahun 2000. Mereka mengoperasikan platform survei online yang mengumpulkan opini publik dari jutaan panelis di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Mereka merilis riset berjudul “The Rise of Value Shoppers: APAC Grocery Retail 2025” membandingkan kebiasaan belanja masyarakat di Indonesia, Singapura, Hong Kong, Australia, dan Thailand.

Riset itu dilakukan secara daring pada 25 Maret–6 April 2025 melalui YouGov Surveys Serviced.

Riset melibatkan 2.018 responden dewasa (18+) di Indonesia, bagian dari total 7.252 responden di lima pasar Asia Pasifik. 

Menurut hasil riset tersebut, kenaikan harga membuat konsumen di semua pasar semakin fokus pada nilai.

Meski begitu, di Indonesia perilaku ini berpadu dengan kebiasaan belanja yang praktis dan lokasi yang mudah dijangkau.

"Konsumen Indonesia semakin aktif memanfaatkan kanal digital untuk berbelanja kebutuhan pokok dan sehari-hari, mengikuti arah perkembangan di kawasan Asia Pasifik," ujar General Manager YouGov Indonesia & India, Edward Hutasoit, melalui keterangan tertulis, Senin (25/8/2025).

"Mereka semakin cerdas, terhubung secara digital, dan terus membandingkan harga. Oleh karena itu, pelaku usaha harus selalu memperjuangkan loyalitas konsumen," tambahnya. 

Konsumen Indonesia, kata Edward, memanfaatkan berbagai alat digital untuk berhemat.

Sebanyak 63 persen menggunakan aplikasi supermarket untuk promo/diskon, dan 58% memakai situs atau aplikasi pembanding harga.

Media sosial merupakan saluran iklan utama untuk menjangkau konsumen, dimana 77% responden survei melihat iklan produk di media sosial.

71% responden hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan, dan 59% selalu membuat daftar belanja sebelum berbelanja.

Saat harga naik, konsumen Indonesia paling banyak mengurangi pembelian makanan instan (34%), camilan kemasan (33%), dan aging atau telur (22%).

"Pola ini mencerminkan cara konsumen mengambil keputusan secara praktis, mengurangi belanja pada kategori non-esensial, lalu segera mengalihkan anggaran ke kebutuhan utama," katanya. 

Faktor emosional juga mempengaruhi perilaku belanja. Sebanyak 45% konsumen Indonesia merasa bersalah ketika membeli camilan atau makanan ringan yang tidak direncanakan, sejalan dengan tren di Asia Pasifik.

Harga tetap jadi pertimbangan utama nomor satu (59%), namun konsumen Indonesia juga mementingkan variasi produk (46%) dan kebersihan/tata letak toko (32%).

Minimarket menjadi pilihan utama (26%), diikuti toko kelontong (21%) dan pasar tradisional (18%). 

Selain itu, 65% responden Indonesia menganggap belanja kebutuhan sehari-hari sebagai aktivitas keluarga, membuka peluang untuk strategi promosi yang menyasar kebersamaan.

"Laporan ini menegaskan pentingnya memahami perilaku konsumen secara nyata. Strategi ritel, harga, dan pemasaran yang disesuaikan dengan kondisi lokal akan membuat pelaku usaha tetap relevan dan kompetitif," tutur Edward.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved