Senin, 29 September 2025

Lokal Asri

Dari Egrang hingga Gasing: Permainan Tradisional yang Menghidupkan Wisata Alam Indonesia

Permainan tradisional berbasis alam tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana pelestarian budaya dan lingkungan. 

Shutterstock
PERMAINAN TRADISIONAL - Egrang merupakan permainan tradisional asal Jawa yang dibuat khusus dengan sepasang bambu untuk berjalan. (shutterstock) 

TRIBUNNEWS.COM - Ingatkah kamu kapan terakhir kali bermain egrang di pinggir sawah, atau duduk santai bermain congklak di bawah pohon rindang? 

Di tengah sibuknya dunia saat ini, mungkin jawabannya sudah lama sekali, ya. Apalagi dengan masifnya arus digitalisasi, permainan seperti itu—terutama bagi anak-anak—terdengar asing di telinga.

Mengutip dari laman Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Indonesia memiliki sekitar 2.600 permainan tradisional. Namun dari jumlah itu, hanya 60 persen yang masih bertahan dan mayoritas dimainkan oleh anak-anak di pinggiran kota dan pedesaan.

Melihat data tersebut, bisa dibilang kalau permainan tradisional perlahan menghilang. Padahal, di balik kesederhanaannya, tersimpan nilai kebersamaan, kreativitas, dan sportivitas yang tak ternilai. 

Jejak Alam di Balik Permainan Lokal

Untungnya, alam Indonesia adalah panggung sempurna yang selalu bisa menghidupkan kembali tradisi ini. Dari pantai pasir putih hingga hamparan sawah hijau, setiap sudut negeri menyimpan potensi untuk menjadi tempat bermain yang natural.

Potensi inilah yang mulai dimanfaatkan menjadi berbagai destinasi wisata berbasis alam. Saat ini, beberapa ekowisata menghidupkan kembali permainan lokal sebagai bagian dari pengalaman wisata. 

Dikutip dari berbagai sumber, permainan tradisional berperan dalam memperkuat daya tarik ekowisata. Hal ini tak hanya menggerakkan perekonomian desa, tetapi juga meninggalkan momen berkesan bagi para pengunjungnya.

Baca juga: Desa Widosari: Jaga Alam Indonesia dan Bangun Ekonomi Desa lewat Koperasi

Daya tarik ekowisata juga bisa diperkuat dengan menghadirkan permainan tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami khas daerah.

Di Papua misalnya, terdapat permainan bokhasu khave atau lengkuas hutan yang memanfaatkan pohon lengkuas sebagai tombak dalam permainan beregu tersebut.

Melansir Kompas.id, Maluku juga memiliki permainan lalavoar atau disebut juga menangkap ikan dengan memanfaatkan jaring laba-laba serta pelampung dari kelopak bunga kelapa yang telah kering. 

Permainan ini dilakukan oleh anak usia 7-12 tahun yang diiringi dengan syair dari daerah setempat. Permainan akan berhenti saat ada ikan yang tertangkap.

Kemudian ada permainan gasing atau gangsing yang juga tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Di Sulawesi Selatan, permainan ini dikenal dengan nama maggasing dengan bahan utama terbuat dari kayu berkualitas.  Permainan ini juga dapat ditemukan di Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

ilustrasi Gangsing

Magnet Wisata Alam

Permainan tradisional berbasis alam tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana pelestarian budaya dan lingkungan. 

Di wilayah yang masih asri, aktivitas bermain seperti ini memanfaatkan potensi alam tanpa merusaknya, sekaligus memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda dan wisatawan.

Dengan memasukkannya ke dalam program ekowisata, permainan tradisional dapat menjadi daya tarik yang memperkuat identitas daerah, mendukung perekonomian lokal, dan menjaga kelestarian alam Indonesia.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan