Prada Lucky Namo Meninggal
Kala Dalih Pembinaan Buat Prada Lucky Meregang Nyawa Dianiaya 20 Seniornya
Nasib Prada Lucky harus meregang nyawa akibat pembinaan berujung dugaan kekerasan yang dilakukan oleh 20 seniornya.
TRIBUNNEWS.COM - Kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit TNI Angkatan Darat (AD) dari Batalyon Teritorial Pembangunan 834/Wakanga Mere di Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), ternyata akibat motif pembinaan dari 20 senior sekaligus tersangka penganiayaan terhadap dirinya.
Hal ini diungkap oleh Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana dalam konferensi pers di Markas Besar TNI AD, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (11/8/2025).
"Motif, saya sudah sampaikan semuanya atas dasar pembinaan. Jadi pada kesempatan ini saya menyampaikan bahwa kegiatan ini terjadi semuanya pada dasarnya pelaksanaan pembinaan kepada prajurit," ujar Wahyu.
Bukan hanya sehari, Wahyu menyebut pembinaan yang dilakukan oleh para tersangka terhadap Prada Lucky dilakukan dalam rentang waktu berbeda.
Hal ini membuat penyidik masih perlu waktu untuk mengusut peran dari masing-masing tersangka.
“Tentu kita perlu mendalami beberapa hal yang nanti akan menjadi esensi pemeriksaan terhadap para tersangka. Tapi bisa saya katakan bahwa kegiatan-kegiatan pembinaan prajurit itu yang mendasari suatu hal terjadi pada masalah ini," ujar Wahyu.
Di sisi lain, Wahyu menuturkan pembinaan yang dilakukan tidak hanya diikuti oleh Prada Lucky saja, tetapi ada pula beberapa prajurit lainnya.
Baca juga: 3 Jenderal Bintang 4 Turun Tangan di Kasus Kematian Prada Lucky, Tuntaskan Usut 20 Tersangka
Nahas, hanya Prada Lucky saja yang berujung meregang nyawa. Wahyu mengungkapkan nasib berbeda yang dialami korban diduga berkaitan dengan kondisi fisik, kesehatan, serta perlakuan berbeda yang diterima.
“Sekali lagi manakala kecelakaan terjadi menimpa pada satu orang prajurit, salah seorang prajurit, itu tentu dihadapkan pada kondisi kesehatan, kondisi fisik," ujar Wahyu.
"Maupun pada saat korban ini bagaimana perlakuannya, pada saat prajurit yang lain bagaimana perlakuannya, sehingga korban ini bisa tidak survive dan wafat," imbuh dia.
Di sisi lain, penganiayaan terhadap Prada Lucky tidak digunakan dengan menggunakan alat apapun.
Wahyu mengungkapkan kekerasan yang dilakukan diduga hanya menggunakan anggota badan.
Adapun pernyataan ini sekaligus mengguggurkan temuan dari Kodam IX/Udayana terkait adanya 16 pelaku yang menganiaya Prada Lucky menggunakan selang.
"Tidak ada alat ya, lebih kepada menggunakan anggota badan tangan ya," ujar Wahyu. "(Barang bukti) Tidak ada. Artinya, tidak ada penggunaan alat tertentu itu tidak ada," imbuh dia.
Lebih lanjut, Wahyu menuturkan peristiwa yang menimpa Prada Lucky akan menjadi evaluasi mendalam terkait proses pembinaan terhadap prajurit.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.