Jaminan Kesehatan untuk Semua, Menguak Perlindungan BPJS Kesehatan bagi Pelajar WNA di Indonesia
Cerita dua mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang berasal dari Nigeria dan Jepang yang merasa aman menjadi peserta BPJS Kesehatan.
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Muhammad Nursina Rasyidin
“Saya harus katakan perkuliahannya susah, karena pengantarnya bukan menggunakan bahasa Inggris atau Arab, tapi pakai Bahasa Indonesia.”
“Saya masih terus belajar Bahasa Indonesia, karena ada perbedaan bahasa sehari-hari dengan bahasa pembelajaran di kelas. Tetapi alhamdulillah lancar,” ungkap Amin.
Apalagi, Amin adalah satu-satunya mahasiswa Sastra Arab dari luar Indonesia di angkatannya.
Meski tidak mudah menjalani perkuliahan, Amin merasa terbantu dengan adanya BPJS Kesehatan.
“Sangat terbantu, alhamdulillah saya belum memakai untuk masalah kesehatan yang serius, walau tidak sakit tapi rasa aman kalau ada kartu ini,” ungkapnya sambil menunjukkan kartu BPJS Kesehatan miliknya.
“Insya Allah kalau qodarullah (takdir Allah) saya sakit, saya tidak khawatir,” pungkasnya.
Cerita Akihito Fujiwara
Berbeda dengan Amin, Akihito Fujiwara (26) sudah lebih lama menuntut ilmu di UNS, tepatnya tahun 2018.
Toto, panggilan akrabnya, saat ini tengah menjalani studi S2 Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS angkatan 2024.
Sebelumnya, ia juga mengambil jurusan S1 Sosiologi di UNS.
Saat berbincang dengan Tribunnews.com, kemampuan Bahasa Indonesia Toto bisa dibilang bagus.
Program studi yang dipilihnya memberikan pemahaman mendalam tentang masyarakat, perilaku sosial, hingga struktur sosialnya.
Meski tidak mudah dalam menjalani jenjang pendidikan pascasarjananya saat ini, Toto juga merasa lebih tenang karena telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
“Saya merasa lebih aman karena bisa periksa ke dokter secara gratis,” ungkapnya saat dijumpai pada Senin (22/6/2025).

Toto tidak menemui kesulitan yang berarti saat pertama datang di Indonesia.
“Tidak ada masalah dengan cuaca, beradaptasi tidak sulit. Tetapi saya kurang tahan dengan makanan yang pedas,” ungkapnya.
Sumber: TribunSolo.com
Surat Tilang Biru dan Merah di Jepang, Dendanya Bisa Capai Rp100 Juta hingga Hukuman Penjara |
![]() |
---|
Tidak Lulus SMA di Jepang Tetap Bisa Jadi Pengacara, Begini Caranya |
![]() |
---|
Masalah Kesehatan Mental Dijamin BPJS Kesehatan, Beban Tertinggi Diagnosis Skizofrenia Rp 3,5 T |
![]() |
---|
Orang Stres Makin Banyak, Skizofrenia Jadi Penyakit Jiwa Terbanyak Diderita Warga RI |
![]() |
---|
124 Ribu WNA Jadi Peserta BPJS Kesehatan, Terbanyak dari China dan Kerja di Tambang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.