Selasa, 30 September 2025

3 Kasus ASN Tewas dengan Kondisi Tak Wajar: Terbaru, Diplomat Muda Arya Daru Pangayunan

Ada tiga kasus kematian Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia dalam kondisi tidak wajar yang menyisakan misteri besar.

Dok. Pribadi Arya Daru
DIPLOMAT MUDA TEWAS - Dalam foto: mendiang Diplomat Muda Kementerian Luar Negeri RI (Kemenlu RI) Arya Daru Pangayunan semasa hidup. Ada tiga kasus kematian Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia dalam kondisi tidak wajar yang menyisakan misteri besar. 

Sebab, luka pada bagian kepala pria kelahiran Yogyakarta pada 18 Agustus 1952 itu berupa sayatan, dan dinilai tidak wajar untuk kasus kecelakaan.

Sebelum ditemukan tewas, Lambang sempat berkumpul dengan teman-temannya pada Jumat, 8 Februari 2008 tengah malam, untuk acara perpisahan Kepala Benteng Vredeburg, Wahyu Indrasana, di Piyungan, Bantul.

Ia diketahui baru pulang ke rumah kurang lebih pukul 04.15 pagi.

Kasus tewasnya Lambang menuai sorotan lantaran saat itu ia menjadi saksi ahli dalam kasus pencurian enam arca batu milik Museum Radya Pustaka, Surakarta, Jawa Tengah.

Kasus pencurian ini melibatkan mantan Kepala Museum Radya Pustaka Solo KRH Darmodipuro (Mbah Hadi), Jarwadi, Suparjo (Gatot), dan Heru Suryanto. 

Kemudian, pengusaha sekaligus adik Presiden RI Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, diduga juga terlibat setelah membeli keenam arca tersebut dari Hugo Kreijger.

Lambang termasuk sosok yang gigih dan jujur, memberikan keterangan termasuk data-data pendukung penyidikan kasus pencurian arca batu koleksi Museum Radya Pustaka.

Bahkan, untuk itu, ia rela bolak-balik Solo - Yogyakarta sejak November 2007.

Selain itu, Lambang rajin menyambangi Kantor Kepolisian Resor Kota Besar (Poltabes) Solo hampir tiap pekan untuk menyuplai data dan informasi.

Lambang sendiri merupakan salah satu pegawai BP3 Jateng yang datang ke Poltabes Solo, melaporkan kasus pencurian arca batu di Museum Radya Pustaka.

Kasus bermula ketika staf Museum Radya Pustaka Solo mengetahui bahwa arca batu era Hindu-Buddha yang ada di museum itu adalah palsu. 

Lambang Babar Purnomo adalah orang yang pertama melakukan pelacakan.

Hasil dari penyelidikan, terungkap dua orang tersangka pencurian dan pemalsuan arca, yakni Heru Suryanto dan Kepala Museum Radya Pustaka Mbah Hadi.

Keduanya telah divonis penjara 18 bulan penjara. Namun, kasus ini tidak berhenti di situ saja.

Dalam pengakuannya, Heru menyebut, ketika hendak melakukan pencurian, ternyata dia sadar bahwa sudah ada yang memalsukan arca-arca tersebut sebelumnya.

Kasus pun semakin melebar dan Lambang Babar Purnomo terlibat untuk mengungkapkannya.

Namun, belum selesai kasus ini terungkap, Lambang justru sudah ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di tepi jalan di Sleman, Yogyakarta.

Bahkan, hingga kini, masih belum diketahui pula apa penyebab pasti Lambang Babar Purnomo meninggal dunia.

Jenazah Lambang dimakamkan di Pemakaman Kradenan, Yogyakarta.

(Tribunnews.com/Rizki A.) (Intisari) (Kompas.com) (Kompas.com

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved