Khutbah Jumat, 25 Juli 2025: Pentingnya Niat bagi Segala Amal
Naskah khutbah Jumat, 25 Juli 2025, menekankan bahwa perkara yang menentukan sah atau tidaknya amal adalah niat, sebagai materi para khatib.
Namun, perlu kita ketahui, tidak semua amal syar’i butuh niat. Contohnya adzan, membaca Al-Qur’an, menghilangkan najis, atau memandikan jenazah. Semua itu walaupun tanpa niat tetap Allah anggap amal yang sah dan berpahala, selama kita niatkan kebaikan atau kita lakukan dalam rangka menjalankan kewajiban.
Jama’ah yang dimuliakan Allah,
Penting untuk kita ketahui bersama, bagaimana niat itu kita arahkan. Sebab niat itu bisa mendatangkan pahala, bisa juga menyebabkan dosa. Bahkan hal-hal biasa seperti makan, tidur, bekerja, kalau diniatkan karena Allah, bisa menjadi ibadah.
Contoh: Makan agar kuat beribadah, tidur agar segar untuk shalat subuh, semuanya berpahala. Bahkan hubungan suami-istri jika diniatkan untuk menjaga diri dari zina dan mendapatkan keturunan yang saleh, itu termasuk ibadah.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Perlu juga kita tahu, bahwa satu amal bisa mengandung banyak niat, dan itu semua dihitung sebagai pahala yang berlipat. Ketika kita duduk di masjid menunggu shalat, coba niatkan:
- I’tikaf
- Menunggu shalat
- Uzlah
- Menjaga pandangan dan telinga
- Meramaikan masjid
Semua itu bisa kita niatkan hanya dari satu dudukan. Itulah hebatnya niat. Karena niat adalah pekerjaan hati, tak bisa dipamerkan, tak bisa dilihat manusia, dan murni antara hamba dengan Allah. Ulama bahkan berkata:
“Niatul mu’min khairun min amalihi.”
“Niat seorang mukmin itu lebih baik daripada amalnya.”
Kenapa? Karena amal bisa tercampur riya’, ujub, atau kesombongan. Tapi niat yang murni adalah gerakan hati yang jujur mengarah ke Allah.
Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah,
Mari kita renungi sebuah kisah. Diceritakan, dua saudara tinggal satu rumah bertingkat. Si kakak seorang ahli ibadah di lantai atas. Si adik ahli maksiat di lantai bawah.
Suatu hari, si ahli ibadah tergoda bisikan Iblis: “Turunlah, bersenang-senanglah seperti adikmu!” Ia pun berniat turun.
Sementara itu, si adik tersadar dari dosa dan berkata: “Sudah cukup aku bermaksiat, aku ingin hidup seperti saudaraku.”
Ketika mereka berpapasan di tangga, si ahli ibadah tergelincir dan meninggal dalam niat buruk. Si adik meninggal pula karena tertimpa, namun dalam niat taubat. Maka Allah muliakan si adik, dan hinakan si kakak. Pertanyaan terbesarnya adalah karena apa Allah memuliakan adik dan hinakan si kakak? Maka jawabannya adalah sebab niat!
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.