Kebakaran Hutan dan Lahan
Pihak Kemenhut Sebut Manusia Jadi Dalang Utama Kebakaran Hutan dan Lahan
Kemenhut mengungkap sampai Juli 2025 tercatat ada 941 frekuensi operasi penanganan kejadian kebakaran hutan dan lahan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengungkap faktor kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Indonesia sebagian besar karena ulah tangan manusia, ditambah faktor cuaca panas ekstrem.
"Faktor kebakaran hutan itu memang faktor manusia. Ditambah cuaca yang sangat panas," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan Kemenhut, Lukita Awang dalam konferensi pers di Kantor Kemenhut, Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Baca juga: Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol: DMPG Cegah Kebakaran Hutan di Lahan Gambut
Hal senada juga ditegaskan oleh Kasubdit Penanggulangan Kebakaran Hutan Kemenhut Israr Albar. Ia mengatakan penyebab kebakaran di negara - negara tropis seperti Indonesia, termasuk ASEAN adalah faktor antropogenik atau ulah manusia.
"Kalau kita lihat dari penyebab kebakaran, saya kira untuk negara-negara tropis begitu, tidak hanya Indonesia, termasuk ASEAN, penyebab utamanya adalah antropogenik. Dari faktor manusia," kata Israr.
Baca juga: Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol: DMPG Cegah Kebakaran Hutan di Lahan Gambut
Bahkan lanjutnya, berdasarkan keterangan sejumlah pakar kebakaran hutan, karhutla yang terjadi di lahan gambut 100 persen akibat perbuatan tangan manusia yang dengan sengaja melakukan pembukaan lahan secara instan lewat pembakaran.
"Pakar kebakaran, menyampaikan kalau untuk di kasus gambut, kebakaran di gambut, bisa jadi 99 persen, bahkan sampai 100 persen. Ini adalah karena antropogenik. Dari faktor manusia," katanya.
Di sisi lain kondisi iklim juga berperan menjadi pemicu. Namun untuk tahun 2025 tepatnya sampai Juli, fenomena iklim El Nino belum terjadi alias saat ini masih berlangsung kemarau basah.
El Nino adalah fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menjadi lebih hangat dari biasanya.
Perubahan suhu ini mengganggu pola angin dan arus laut, sehingga berdampak besar pada iklim di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Selain itu berdasarkan monitoring BMKG, terpantau El Nino Southern Oscillation (ENSO) maupun El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) masih berada di bawah angka 0,5 atau dalam keadaan netral.
"Terkait dengan apakah ini juga misalnya dari iklim. Iklim juga sangat berperan menjadi trigger begitu ya. Tapi kalau kita lihat sebetulnya kondisi tahun ini sebetulnya belum elino, jadi masih kemarau basah," kata dia.
Kemenhut mengungkap sampai Juli 2025 tercatat ada 941 frekuensi operasi penanganan kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan luas area yang ditangani 4.749 hektare.
Sedangkan akumulasi luas karhutla periode 1 Januari - 31 Juni 2025 total seluas 8.594 hektare. Rinciannya, 19,85 persen adalah lahan gambut dan 80,15 persen lahan mineral.
Kasus karhutla itu terjadi di beberapa provinsi diantaranya NTT, Kalimantan Barat, Riau, NTB, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Aceh, Kalimantan Timur, Sumatera Utara.
Kemenhut menyebut kenaikan jumlah titik panas terjadi pada bulan Juli - Oktober setiap tahunnya.
Pada tahun 2023 jumlah titik panas atau hotspot alami kenaikan cukup signifikan, sejalan dengan peningkatan luas karhutla yang dipengaruhi fenomena El Nino.
Baca juga: Sosok Sugianto, Penyelamat 60 Warga Korsel dari Kebakaran Hutan, Dijuluki Pahlawan Tersembunyi
Sementara perbandingan total jumlah hotspot tahun 2024 dan semester I 2025 hingga 21 Juli, berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) terdapat 854 titik. Sedangkan periode yang sama tahun 2024 jumlah hotspot sebanyak 1.118 titik. Dari angka ini terjadi penurunan sebanyak 284 titik atau 23 persen.
Di Indonesia, lebih dari 90 persen kasus kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia.
Faktor Manusia (Antropogenik)
- Pembukaan lahan dengan cara membakar untuk pertanian atau perkebunan, terutama kelapa sawit
- Pembakaran sampah di sekitar hutan yang tidak terkendali
- Puntung rokok yang dibuang sembarangan di area vegetasi kering
- Api unggun yang tidak dipadamkan dengan benar saat berkemah
- Illegal logging yang meninggalkan sisa ranting dan daun kering
- Perambahan hutan untuk pemukiman atau penggembalaan
- Kecemburuan sosial atau konflik lahan yang memicu pembakaran
Faktor Alam
- Petir yang menyambar pohon kering saat musim kemarau
- Letusan gunung berapi yang memuntahkan material panas ke hutan
- Musim kemarau panjang yang membuat vegetasi mudah terbakar
Kebakaran Hutan dan Lahan
Waspadai Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan saat Puncak Kemarau di 10 Hari Pertama Bulan Agustus |
---|
Terdampak Perang Rusia-Ukraina, BNPB Sulit Dapat Helikopter Water Bombing untuk Tangani Karhutla |
---|
Tinjau Posko Kebakaran Hutan Pekanbaru, Gibran: Jangan Lagi Ada Pembukaan Lahan Tidak Sesuai Aturan |
---|
Kemenhut Akui Warga Sengaja Bakar Lahan karena Tanahnya Lebih Subur dan Harga Jual Tinggi |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.