Kebakaran Hutan dan Lahan
Kemarau Akhir April, Menteri LH Ungkap 15 Provinsi Punya Tren Kejadian Karhutla Berskala Besar
Menteri Lingkungan Hidup (KLH) Hanif Faisol Nurofiq mengungkap ada 15 provinsi yang selalu memiliki kejadian kebakaran hutan dan lahan berskala besar.
Penulis:
Danang Triatmojo
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup (KLH) Hanif Faisol Nurofiq mengungkap ada 15 provinsi yang selalu memiliki kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berskala besar ketika musim kemarau tiba.
Hanif menyebut beberapa provinsi itu antara lain Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan wilayah Papua.
"Ada 15 provinsi yang biasanya selalu terjadi karhutla dalam skala besar," kata Hanif dalam rapat koordinasi teknis pengendalian kebakaran lahan, di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Kamis (17/4/2025).
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Indonesia akan memasuki musim kemarau pada bulan akhir April ini dan berlangsung sampai Agustus.
"Ini bulan depan, akhir April, Mei, Juni, Juli, Agustus. Jadi ada 4 bulan yang rawan. Ini kata-kata rawan artinya perlu antisipasi kita semua. Jadi di dalam prediksi BMKG, 4 bulan ini panasnya sudah mulai," ungkap dia.
Sebagai upaya pencegahan karhutla, KLH tengah menggencarkan rapat koordinasi teknis, salah satunya dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan pemerintah daerah terkait.
Setelah rakortek ini, pekan depan KLH melanjutkan dengan konsolidasi ke lapangan khususnya pada wilayah - wilayah yang punya potensi atau selama ini memiliki tren kejadian karhutla.
Konsolidasi ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana kesiapan daerah mencegah karhutla, mulai dari berapa banyak sumber daya manusia yang dimiliki, peralatan penunjang, hingga kesiapan pendanaan.
Hanif mengatakan, saat ini ada kurang dari 130 titik hotspot di Indonesia. Dari 130 titik itu, 97 merupakan titik api berdasarkan citra satelit Aqua dan Terra milik NASA, satelit yang diperuntukan mengamati bumi untuk mempelajari iklim, lingkungan dan air.
"Apapun kejadiannya nanti, yang penting kita sudah bersiap segala sesuatunya," kata Hanif.
Hanif kemudian menjelaskan jika kebakaran hutan dan lahan terjadi, maka emisi karbon yang dihasilkan dari hasil pembakaran tersebut memiliki tinggi polutan yang bisa berakibat buruk bagi kesehatan, serta berdampak pada perekonomian atau bahkan mengganggu negara tetangga jika asap kebakaran terbawa angin sampai ke seberang.
Sebelumnya KLH juga telah menggelar rapat dengan para pelaku usaha untuk mencegah potensi peningkatan polusi udara saat musim kemarau, utamanya di perkotaan.
Kebakaran Hutan dan Lahan
Waspadai Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan saat Puncak Kemarau di 10 Hari Pertama Bulan Agustus |
---|
Terdampak Perang Rusia-Ukraina, BNPB Sulit Dapat Helikopter Water Bombing untuk Tangani Karhutla |
---|
Tinjau Posko Kebakaran Hutan Pekanbaru, Gibran: Jangan Lagi Ada Pembukaan Lahan Tidak Sesuai Aturan |
---|
Kemenhut Akui Warga Sengaja Bakar Lahan karena Tanahnya Lebih Subur dan Harga Jual Tinggi |
---|
Pihak Kemenhut Sebut Manusia Jadi Dalang Utama Kebakaran Hutan dan Lahan |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.