Senin, 6 Oktober 2025

Kebakaran Hutan dan Lahan

Kementerian Kehutanan: Hingga Juni 2025 Kebakaran Hutan Menghanguskan 8.594 Hektare Lahan

Akumulasi luas karhutla periode 1 Januari - 31 Juni 2025 total seluas 8.594 hektare. Rinciannya 80,15 persen lahan mineral.

Tribunnews.com/Danang Triatmojo
KONFERENSI PERS KEMENHUT - Sekretaris Direktorat Jenderal Gakkumhut, Lukita Awang (kiri) dalam konferensi pers, di Kantor Kemenhut, Jakarta, Rabu (23/7/2025). Sampai Juli 2025 tercatat ada 941 frekuensi operasi penanganan kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan luas area yang ditangani 4.749 hektare. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan (Ditjen Gakkumhut), Kementerian Kehutanan, mengatakan sampai Juli 2025 tercatat ada 941 frekuensi operasi penanganan kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dengan luas area yang ditangani 4.749 hektare.

"Sampai semester ini ada 941 upaya pengendalian kejadian kebakaran hutan, areal yang ditangani 4.700-an hektare," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Gakkumhut, Lukita Awang dalam konferensi pers, di Kantor Kemenhut, Jakarta, Rabu (23/7/2025).

Baca juga: Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Tinjau Langsung Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau

Kebakaran hutan bisa terjadi karena berbagai faktor, baik alami maupun ulah manusia. 

Kemenhut menyampaikan pada tahun 2023 jumlah titik panas atau hotspot alami kenaikan cukup signifikan, sejalan dengan peningkatan luas karhutla yang dipengaruhi fenomena El Nino.

Baca juga: Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumsel, GAPKI dan Kementerian LH Siapkan Mitigasi

El Nino adalah fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menjadi lebih hangat dari biasanya.

Perubahan suhu ini mengganggu pola angin dan arus laut, sehingga berdampak besar pada iklim di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Kenaikan jumlah titik panas ini terjadi pada bulan Juli - Oktober setiap tahunnya. 

Adapun perbandingan total jumlah hotspot tahun 2024 dan semester I 2025 hingga 21 Juli, berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) terdapat 854 titik dan pada periode yang sama tahun 2024 jumlah hotspot sebanyak 1.118 titik. Dari angka ini terjadi penurunan sebanyak 284 titik atau 23 persen.

Akumulasi luas karhutla periode 1 Januari - 31 Juni 2025 total seluas 8.594 hektare. Rinciannya, 19,85 persen adalah lahan gambut dan 80,15 persen lahan mineral. 

Lahan gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang membusuk secara perlahan dalam kondisi basah dan minim oksigen (anaerob).

Sementara lahan mineral adalah jenis lahan yang tanahnya terbentuk dari pelapukan batuan induk, bukan dari sisa-sisa tumbuhan seperti pada lahan gambut. 

Baca juga: Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol: DMPG Cegah Kebakaran Hutan di Lahan Gambut

Kasus karhutla itu terjadi di beberapa provinsi diantaranya NTT, Kalimantan Barat, Riau, NTB, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Aceh, Kalimantan Timur, Sumatera Utara.

Pejabat eselon II itu menerangkan bahwa Kemenhut mengedepankan pencegahan karena jika sudah terjadi kebakaran hutan upaya pemadaman akan sulit dilakukan. 

Perihal ini Kemenhut bekerja sama dengan BNPB juga melakukan upaya modifikasi cuaca di Provinsi Riau dan kabupaten sekitarnya untuk menurunkan hujan, sebagai upaya membasahi lahan mencegah kejadian kebakaran.

"Terkait pengendalian kebakaran hutan kita mengutamakan pencegahan. Karena kalau sudah terjadi kebakaran itu sulit untuk melakukan upaya pemadaman walaupun kita juga melakukan pemadaman," katanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved