Kebakaran Hutan dan Lahan
Waspadai Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan saat Puncak Kemarau di 10 Hari Pertama Bulan Agustus
Kejadian karhutla berpotensi kembali terjadi pada 10 hari pertama bulan Agustus, akibat penurunan curah hujan dan tingginya tingkat kekeringan lahan.
Penulis:
Danang Triatmojo
Editor:
Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengatakan berdasarkan hasil monitoring, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau sudah dalam keadaan terkendali per Senin (28/7/2025).
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) adalah peristiwa terbakarnya vegetasi di kawasan hutan atau lahan, baik secara alami maupun akibat ulah manusia.
Baca juga: Terdampak Perang Rusia-Ukraina, BNPB Sulit Dapat Helikopter Water Bombing untuk Tangani Karhutla
Fenomena ini menjadi masalah serius di Indonesia karena dampaknya sangat luas—dari kerusakan ekosistem hingga gangguan kesehatan dan ekonomi.
Hal ini disampaikan setelah rapat monitoring kebakaran hutan 2025, di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Pusat, Senin.
Rapat dilakukan bersama Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Wakil Menteri Kehutanan Sulaiman Umar, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan, serta para Gubernur Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, Sumatera Utara.
“Alhamdulilah sekali lagi bahwa kebakaran hutan per Senin (28/7/2025), terkendali dengan baik,” kata Raja Antoni.
Kendati demikian, ia memperigatkan potensi kejadian karhutla untuk beberapa provinsi sebagaimana data BMKG dan BNPB.
Kejadian karhutla berpotensi kembali terjadi pada 10 hari pertama bulan Agustus, akibat penurunan curah hujan dan tingginya tingkat kekeringan lahan.
Kemarau adalah musim atau periode ketika curah hujan sangat rendah atau bahkan tidak terjadi sama sekali dalam waktu yang cukup lama.
Di Indonesia, musim kemarau biasanya berlangsung antara April hingga September, dipengaruhi oleh angin muson timur yang bertiup dari Benua Australia dan membawa udara kering.
“Tapi, tadi diingatkan oleh bapak Kepala BNPB, Ibu Kepala BMKG, 10 hari pertama di bulan Agustus hampir di semua provinsi adalah peringatan, karena tadi kombinasinya, curah hujan kecil rendah, pembentukan awan rendah sulit karena awalnya tidak ada dan tingkat kekeringan lahannya, tingkat potensi kebakaran hutan tinggi,” jelas dia.
Atas hal itu Menhut meminta semua pihak termasuk para kepala daerah untuk membaca peringatan ini secara serius, dan bekerja sama demi mencegah terulangnya kejadian karhutla.
“Di 10 hari awal agustus kita harus bahu-membahu bekerjasama agar tidak ada potensi kebakaran hutan,” kata dia.
Baca juga: Kementerian Lingkungan Hidup Tindak Korporasi Pemicu Karhutla di Riau
Sementara itu, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengatakan operasi penanggulangan bencana karhutla di Riau dilakukan secara terpadu dan lintas instansi.
Operasi yang dilakukan mulai dari penerjunan pasukan darat dari unsur TNI, Polri, Manggala Agni dan BNPB, serta penanganan jalur udara dengan operasi modifikasi cuaca dan bom air yang dibawa helikopter.
“Satu minggu bapak Menteri Kehutanan memimpin operasi penanganan kebakaran hutan di Riau, itu bisa padam sampai sekarang. Karena semuanya secara terpadu, baik darat, operasi OMC maupun udara,” kata Suharyanto.
Kebakaran Hutan dan Lahan
Terdampak Perang Rusia-Ukraina, BNPB Sulit Dapat Helikopter Water Bombing untuk Tangani Karhutla |
---|
Tinjau Posko Kebakaran Hutan Pekanbaru, Gibran: Jangan Lagi Ada Pembukaan Lahan Tidak Sesuai Aturan |
---|
Kemenhut Akui Warga Sengaja Bakar Lahan karena Tanahnya Lebih Subur dan Harga Jual Tinggi |
---|
Pihak Kemenhut Sebut Manusia Jadi Dalang Utama Kebakaran Hutan dan Lahan |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.