Kasus Dugaan Korupsi di Kemendikbud
Laptop Chromebook Rusak, Guru di Bandung dan Takalar Sulsel Kelimpungan Cari Tempat Servis
Sejumlah laptop Chromebook bantuan dari Kemendikbudristek di Bandung dan Talakar rusak, guru curhat kesulitan cari tempat service dan suku cadang.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satu per satu guru di daerah bersuara soal laptop Chromebook bantuan Kemendikbudristek yang berujung dikorupsi dan kasusnya ditangani Kejagung.
Di antaranya mereka mengaku pusing memperbaiki laptop Chromebook yang rusak tidak bisa digunakan hingga saat ini.
Diketahui, anggaran pengadaan laptop Rp 9,3 triliun merupakan bagian dari program digitalisasi pendidikan yang digagas saat Nadiem Makarim menjabat Mendikbud.
Laptop dibagikan kepada anak-anak di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di wilayah Indonesia.
Belakangan proses pengadaan laptop diduga bermasalah.
Kejaksaan Agung menyebut 1,2 juta unit laptop yang dibeli atas arahan Nadiem Makarim tak bisa digunakan secara optimal oleh guru dan murid.
Baca juga: Sejumlah Sekolah di Daerah Buka Suara soal Pengadaan Laptop Chromebook Era Nadiem Makarim
Nadiem Makarim ikut terseret dan sudah dua kali diperiksa penyidik kejaksaan. Hingga kini status Nadiem Makarim masih aman, hanya sebagai saksi.
Sementara itu Kejagung telah menetapkan empat orang sebagai tersangka dalam kasus ini.
Tiga Laptop Chromebook di SD YPU Bandung Rusak, Sekolah Kesulitan Cari Tempat Servis
SD Yayasan Pendidikan Umum (YPU) mengaku kesulitan memperbaiki laptop Chromebook bantuan Kemendikbudristek. Saat ini ada tiga dari 15 laptop yang rusak.
Sekolah yang berada di Jalan Cukang Jati No.5, Kelurahan Samoja, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, itu menerima bantuan laptop pada 2020.
"SD kami termasuk angkatan pertama atau mungkin kedua yang mendapatkan bantuan Chromebook. Jumlahnya 15 unit," ujar Fahmi Arif, wali kelas IV SD YPU, saat ditemui, Rabu (16/7/2025).
Baca juga: Pengakuan Guru di Batam dan Anambas soal Laptop Chromebook: Garang, Tanpa Eror dan Lemot
Fahmi menjelaskan, setelah menerima bantuan tersebut, dia ditunjuk sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti pelatihan selama tiga hari.
Dia kemudian mentransfer pengetahuan itu kepada para guru lain di sekolah.
"Guru-guru yang masih muda, cepat bisa mengoperasikan. Tapi yang sudah senior memang agak kesulitan, karena terbiasa dengan sistem operasi Windows," ucapnya.
Menurut Fahmi, satu perbedaan utama antara Chromebook dengan laptop biasa adalah soal koneksi.
"Kalau laptop biasa bisa dipakai secara offline, Chromebook awalnya harus terkoneksi internet. Tapi sekarang sudah ada fitur login offline, walaupun tidak sefleksibel laptop biasa," katanya.
Namun, tak semua perangkat yang diterima bisa digunakan optimal.
Fahmi menyebut, dari 15 unit yang diterima, tiga di antaranya rusak di awal penggunaan dan hingga kini belum dapat diperbaiki.
Sulitnya menemukan layanan servis maupun suku cadang menjadi persoalannya.
"Saya sempat lapor juga waktu awal-awal tahun 2021, tapi tanggapannya kurang jelas. Akhirnya perangkat yang rusak tidak kami pakai lagi sampai sekarang," ungkapnya.
Baca juga: Peran 4 Tersangka Kasus Korupsi Laptop Chromebook, Stafsus Nadiem Temui Pihak Google?
Fahmi juga mengakui bahwa dari sisi efisiensi, penggunaan laptop biasa dinilai lebih unggul dibanding Chromebook.
"Kelebihannya mungkin karena modelnya bisa diputar 360 derajat seperti tablet. Tapi kekurangannya cukup banyak. Jadi secara fungsi, kami lebih nyaman pakai laptop (biasa), karena itu tadi, terbiasa pakai Windows," ujarnya.
Dia menuturkan, pada awalnya, semua perangkat dibagikan langsung ke guru. Namun karena beberapa kendala dalam penggunaan dan perawatan, pihak sekolah akhirnya menarik kembali perangkat yang rusak.
"Ada guru yang meminjamkan ke anaknya di rumah, karena bentuknya tablet, eh pas dikembalikan malah rusak. Jadi sekarang perangkat disimpan di sekolah dan digunakan lebih hati-hati. Kebetulan setahun setelahnya kami membuat lab komputer," jelas Fahmi.
Meski begitu, Fahmi menyebut bahwa Chromebook tetap berguna dalam beberapa kegiatan sekolah.
"Misalnya saat ada senam bersama, Chromebook digunakan untuk memutar musik karena bentuknya yang fleksibel, kemudian Chromebook memang ringan. Modelnya 2 in 1, bisa jadi tablet, jadi cukup praktis untuk kegiatan lapangan," kata dia.
SMP di Takalar Beberkan Sulitnya Perbaikan Software Laptop Chromebook
Puluhan sekolah di Takalar menerima bantuan pengadaan laptop chromebook dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada tahun anggaran 2020-2021.
Bahkan ada sekolah yang menerima bantuan dua kali dari kementerian.
"Ada, 15 buah," kata Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Manggarabombang, Muhammad Jufri, Rabu (16/7/2025).
"Dua kali dapat, 15 buah setiap pengadaannya, berarti jumlahnya 30," kata Kepala Sekolah SMP SATAP, Ahsan Lala.
Baca juga: Rekam Jejak Sri Wahyuningsih, Eks Direktur SD Kemendikbud Jadi Tersangka Korupsi Laptop Chromebook
Kepala Bidang Dikdas Dinas Pendidikan Takalar, Rachmadi mengungkapkan sepengetahuannya hanya ada 7 pengadaan laptop chromebook melalui Dinas Pendidikan Takalar.
"Ada 7 melalui Dana DAK," katanya.
Sementara sisanya langsung dari pihak ketiga yang bekerjasama dengan Kementerian ke sekolah-sekolah.
"Serah terima langsung dari PT Medika Mentari Dimensi," kata kepala sekolah Jufri.
Sementara Ahsan mengungkapkan ada satu laptop yang diterima pihaknya yang software chromebook nya bermasalah.
"Saya tanya ke penyedia, terus saya diarahkan ke kementerian. Terus saya tanya ke kementerian, saya disuruh balik tanya ke penyedia, saya dipimpong begitu," katanya.
Tapi kata mereka, secara keseluruhan laptop tersebut berfungsi dengan baik dan dipakai sampai sekarang.
Apa itu Chromebook?
Sebenarnya Chromebook secara tampilan fisik mirip laptop pada umumnya, dengan terdapat keyboard, layar, webcam, dan lainnya.
Akan tetapi, perbedaan utama Chromebook dan laptop biasa terletak di sistem operasi yang digunakan.
Chromebook adalah laptop yang menggunakan sistem operasi Chrome OS buatan Google.
Chrome OS merupakan sistem operasi ringan yang dirancang untuk terutama mengerjakan tugas berbasis web.
Chromebook bertumpu pada browser Chrome yang jadi antarmuka utama tempat untuk mengerjakan sebagian besar tugas.
Lantaran mengandalkan operasi browser, Chromebook juga sangat bergantung dengan koneksi internet.
Baca juga: Status Nadiem Makarim di Kasus Korupsi Laptop Chromebook: Belum Tersangka, Hotman Sebut Masih Aman
Chromebook umumnya menawarkan kinerja yang cepat untuk mengerjakan tugas berbasis web, waktu booting yang cepat, dan pengoperasian yang lancar.
Namun, Chromebook cenderung kesulitan buat menjalankan aplikasi berat dan multitasking.
Kompatibilitas software Chromebook terbatas. Chromebook lebih mengandalkan aplikasi berbasis web.
Misalnya, pengguna dapat mengakses Microsoft Office melalui web Microsoft Office Online atau Google Workspace.
Untuk spesifikasinya, Chromebook umumnya menggunakan prosesor dengan kemampuan lebih rendah dibanding laptop biasa.
Sebab, hardware yang digunakan disesuaikan dengan ekosistem ChromeOS yang lebih ringan dibanding Windows, Linux, atau MacOS
Bedanya, SSD memiliki kinerja yang jauh lebih unggul, lebih cepat dan tersedia dalam ukuran yang jauh lebih besar dibanding eMMC.
Ukuran penyimpanan Chromebook lebih mirip dengan penyimpanan smartphone, misalnya kapasitas 16 GB, 32 GB, atau 64 GB.
Dengan kapasitas memori penyimpanan lokal yang relatif kecil, Chromebook cenderung mengandalkan penyimpanan berbasis Cloud seperti Google Drive.
Laptop jenis inilah yang menyeret nama eks stafsus Nadiem Makarim dalam dugaan kasus korupsi.
Kejagung Tetapkan 4 Tersangka
Diketahui Kejagung menetapkan 4 tersangka di kasus ini, mereka yakni:
1. Mantan staf khusus Mendikbud Ristek era Nadiem Makarim, Jurist Tan
2. Ibrahim Arief konsultan teknologi di Kemendikbud Ristek.
3. Sri Wahyuningsih selaku Direktur Sekolah Dasar (SD) Kemendikbud tahun 2020-2021.
4. Mulatsyah selaku Direktur Sekolah Menengah Pertama (SMP) sekaligus Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kemendikbud tahun 2020-2021.

Penetapan tersangka terhadap keempat orang itu setelah ditemukannya alat bukti yang cukup dalam proses penyidikan yang sudah berlangsung selama dua bulan.
"Terhadap keempat orang tersebut berdasarkan alat bukti yang cukup maka pada malam ini penyidik menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka," kata Direktur Penyidikan pada Jampidsus Kejagung Abdul Qohar dalam jumpa pers, Selasa (15/7/2025).
Dari empat tersangka, Kejagung baru menahan dua tersangka yakni Sri dan Multasyah selama 20 hari ke depan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Agung.
Sementara terhadap Jurist Tan saat ini belum ditahan lantaran masih berada di luar negeri sehingga Kejagung masih berupaya melakukan pengejaran.
Koordinator MAKI Boyamin Saiman mengaku telah melakukan penelusuran keberadaan Jurist Tan dan diperoleh informasi dia telah tinggal di negara Australia dalam kurun waktu sekitar dua bulan terakhir.
Jurist Tan diduga pernah terlihat di kota Sydney Australia dan terdapat jejak di sekitar kota pedalaman Alice Spring.
Sedangkan tersangka Ibrahim Arief dijadikan sebagai Tahanan kota lantaran menderita sakit jantung yang cukup akut.
Keempat tersangka dijerat pasal 2 ayat 1 Jo Pasal 3 Jo 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
(tribun network/thf/TribunJabar.com/TribunTimur.com/Tribunnews.com)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Ribut-ribut Korupsi Laptop Chromebook, SMP Penerima di Takalar Beberkan Sulitnya Perbaikan Software,
Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Tiga Laptop Chromebook di SD YPU Bandung Rusak, Pihak Sekolah Kesulitan Cari Tempat Servis,
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.