Akademisi: Konten Digital Bisa Rusak Satu Generasi Jika Tak Dimitigasi Lewat Literasi
Akademisi Universitas Terbuka Irsanti Widuri Asih mengingatkan bahaya konten digital kepada generasi muda.
Penulis:
Fahdi Fahlevi
Editor:
Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akademisi Universitas Terbuka Irsanti Widuri Asih mengingatkan bahaya konten digital kepada generasi muda.
Dirinya mengungkapkan satu generasi bisa hancur jika konten digital hanya diterima tanpa literasi dari penggunanya.
"Dengan bagaimana konten-konten di dunia digital yang sudah mengganjiri kita setiap hari itu, disitulah titik masuk untuk menghancurkan satu generasi. Kalau kita tidak menyikapi fenomena digitalisasi ini secara bijak," ujar Irsanti, Kamis (10/7/2025).
Hal tersebut diungkapkan oleh Irsanti pada Seminar Nasional Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2025.
Dosen Ilmu Komunikasi FHISIP Universitas Terbuka ini mengungkapkan digitalisasi menjadi aspek seluruh lini kehidupan.
"Saya yakin fenomena digital itu satu fenomena yang sudah merambah ke semua bidang ilmu juga, di semua lini hidup kita juga. Jadi kita perlu melihat secara lebih detail, apa sih sebenarnya yang perlu kita sikapi dari digitalisasi yang ada saat ini," katanya.
Sementara itu, Rektor Universitas Terbuka Dr Mohammad Yunus mengatakan ilmu sosial, politik, maupun humaniora bukan hanya instrumen analisis terhadap realitas yang ada di masyarakat, tetapi juga menjadi kompas moral.
"Akan tetapi juga menjadi kompas moral dan intelektual dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian," ujar Yunus.
Dia menjelaskan saat ini dunia dihadapkan pada dinamika yang semakin mengglobal seperti krisis iklim, perubahan tatanan sosial dan politik, hingga tantangan terhadap demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia.
"Kita hidup pada era yang mana batas disiplin ilmu mulai melebur, tantangan baru membutuhkan pendekatan yang holistik dan interdisiplin," katanya.
Dekan Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UT, Dr Meita Istianda mengatakan kemajuan teknologi digital, krisis lingkungan, perubahan geopolitik, menuntut para akademisi terus memperbaharui pendekatan akademik.
"Kami menyadari untuk menjawab tantangan ini perlu kolaborasi antar disiplin ilmu tidak hanya memaparkan hasil riset tetapi juga menjadi ruang untuk berdialog dan refleksi bersama," kata Meita.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Akses Literasi Pelajar Ditingkatkan untuk Topang Lahirnya Generasi Emas |
![]() |
---|
KKP Tingkatkan Literasi Keuangan Pelaku UMKM Perikanan |
![]() |
---|
Ekonom Ingatkan Pemerintah, Minimnya Sosialisasi Kebijakan Bisa Munculkan Resistensi Masyarakat |
![]() |
---|
Sejarah Hari Literasi Internasional 8 September dan Tema Peringatan Tahun 2025 |
![]() |
---|
Berbasis di Sukabumi Jabar, Industri Kreatif Digital Ini Tangani 100 Klien dari 25 Negara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.