Senin, 29 September 2025

Strategi Cegah Perempuan Terpapar Radikalisme, BNPT Apresiasi Buku 'Keluar dari Jerat Kekerasan'

Pakar terorisme Solahudin mencatat adanya lonjakan signifikan dalam keterlibatan perempuan sebagai pelaku tindak pidana terorisme.

Penulis: willy Widianto
Tribunnews.com/HO
PENCEGAHAN TERORISME - Peluncuran buku berjudul "Keluar dari Jerat Kekerasan" karya Dr Leebarty Taskarina yang berisikan pengalaman 20 perempuan tentang perannya dalam jaringan terorisme, latar belakang hingga bagaimana mereka mengambil keputusan secara sadar untuk bergabung dalam kelompok ideologi kekerasan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Lonjakan keterlibatan perempuan dalam jaringan terorisme memunculkan keprihatinan sekaligus tantangan baru dalam penanggulangan ekstremisme. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut strategi literasi berbasis kemanusiaan menjadi langkah penting, terutama dalam mencegah perempuan terpapar ideologi kekerasan.

Salah satu upaya itu terlihat dari peluncuran buku Keluar dari Jerat Kekerasan, yang berisi kisah nyata 20 perempuan yang pernah terlibat dalam jaringan teror.

Buku ini mendapat apresiasi langsung dari BNPT karena dinilai membuka ruang refleksi dan pemahaman publik terhadap kompleksitas radikalisasi perempuan.

“Peluncuran buku ini patut diapresiasi karena membantu kita memahami bagaimana dan mengapa seorang perempuan, yang sejatinya memiliki nilai keibuan, justru bisa menjadi aktor penting dalam aktivitas terorisme,” ujar Kepala Subdirektorat Intelijen BNPT, Kombes Pol Bayu Wijanarko, Sabtu (5/7/2025).

Dari Aktor Pendukung Jadi Pelaku Langsung

Menurut Bayu, selama ini peran perempuan dalam jaringan teroris kerap dipandang sebatas pendukung logistik atau pengasuh ideologi keluarga.

Namun, dalam dua dekade terakhir, tren global—termasuk di Indonesia—menunjukkan perempuan mulai aktif menjadi pelaku langsung aksi terorisme, bahkan dalam perencanaan bom bunuh diri.

“Transformasi itu harus kita tanggapi dengan strategi yang juga melibatkan perempuan sebagai bagian dari solusi,” tegas Bayu.

Baca juga: Polri Ajak Masyarakat Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Tengah Tantangan Era Digital

Ia menyebut perempuan bisa menjadi enabler dalam membangun ketahanan ideologis masyarakat, terutama di lingkungan keluarga dan komunitas akar rumput.

Fenomena Radikalisasi Perempuan Meningkat Tajam

Pakar terorisme Solahudin mencatat adanya lonjakan signifikan dalam keterlibatan perempuan sebagai pelaku tindak pidana terorisme.

Jika pada periode sebelumnya tercatat belasan orang, kini jumlahnya mencapai sekitar 55 perempuan, atau lima kali lipat dari era sebelumnya.

“Ini karena jaringan teror memanfaatkan media. Laki-laki jadi pelaku teror sudah biasa, tapi jika pelakunya perempuan, itu luar biasa. Media pasti meliput dan sorotan publik menjadi lebih besar,” jelas Solahudin.

Ia menyebut, perubahan lanskap ini harus disikapi dengan cermat agar narasi pencegahan mampu mengimbangi taktik baru kelompok ekstremis.

Buku sebagai Medium Humanisasi dan Edukasi

Buku Keluar dari Jerat Kekerasan karya Dr Leebarty Taskarina menjadi satu dari sedikit literatur di Indonesia yang menyoroti perjalanan perempuan dalam jaringan teror dari sisi humanistik.

Lewat pendekatan naratif, buku ini mencoba membongkar motivasi sosial, psikologis, bahkan spiritual yang melatarbelakangi pilihan-pilihan ekstrem.

“Saya berharap buku ini dibaca dengan lensa kemanusiaan, bukan penghakiman,” ujar Leebarty.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan