Jumat, 3 Oktober 2025

Pendaki Tewas di Gunung Rinjani

Guide yang Bawa Juliana Marins Mendaki Rinjani Kena Blacklist Sementara Waktu, Lisensi Dipertanyakan

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) mengatakan, pihaknya belum memutuskan berapa lama sanksi blacklist pada guide itu diberlakukan.

Penulis: Rifqah
Editor: Febri Prasetyo
Kolase: Instagram @resgatejulianamarins dan TribunLombok.com/Istimewa
PENDAKIT RINJANI JATUH - (Kanan) Foto Juliana Marins yang diunduh di akun Instagram @resgatejulianamarins, pada Selasa (24/6/2025) dan (Kiri) Tangkapan layar video pendaki Rinjani jatuh, Sabtu (21/6/2025). Pendaki tersebut merupakan Juliana Marins (27) warga negara (WN) Brasil. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) mengatakan, pihaknya belum memutuskan berapa lama sanksi blacklist pada guide itu diberlakukan. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemandu atau guide yang mengantar pendaki asal Brasil, Juliana Marins, ke Gunung Rinjani terkena blacklist untuk sementara waktu.

Jadi, untuk sementara, pemandu wisata itu tidak diperkenankan mengantar pendaki ke puncak tertinggi di Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut.

Guide itu masuk daftar hitam setelah Juliana yang jatuh di jurang Cemara Nunggal Gunung Rinjani.

"Iya, kalau blacklist untuk sementara sambil proses berjalan," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Yarman, setelah menghadiri acara Bincang Kamisan di Kantor Pemprov NTB, Kamis (3/7/2025), dilansir Kompas.com.

Yarman mengatakan pihaknya belum memutuskan berapa lama sanksi blacklist pada guide tersebut diberlakukan.

Saat ini diketahui ada sebanyak 661 guide yang ada di Rinjani dan baru 50 persen yang memiliki lisensi.

Yarman belum bisa memastikan apakah pemandu Juliana itu memiliki lisensi, jadi dia akan mengeceknya terlebih dahulu.

"Separuh sudah dapat lisensi, tapi dalam proses ke depan kita sudah persiapkan bersama-sama dengan teman-teman dari Dinas Pariwisata untuk proses lisensi," kata Yarman.

Adapun polisi menyebutkan bahwa Juliana melakukan pendakian bersama enam orang rombongan dan didampingi guide serta sekitar dua sampai tiga orang porter.

Sebelumnya, Juliana terjatuh ke arah Danau Segara Anak di Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025).

Proses evakuasi Juliana menjadi sorotan karena memakan waktu hingga lima hari lamanya.

Baca juga: Sosok Ali Musthofa, Pemandu Juliana Marins Daki Gunung Rinjani, Beri Penjelasan Detik-detik Kejadian

Sebab, Juliana baru berhasil dievakuasi pada Rabu (25/6/2025) oleh Tim SAR Gabungan dari jurang sedalam 600 meter.

Proses evakuasi itu memakan waktu karena tim penyelamat terkendala cuaca di Gunung Rinjani yang berkabut sehingga menyebabkan jarak pandang terbatas.

Awalnya Juliana ditemukan masih dalam kondisi selamat, tetapi pada Selasa (24/6/2025), pendaki asal Brasil itu ditemukan sudah meninggal dunia.

Helikopter bantuan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) awalnya juga dikerahkan untuk melakukan evakuasi pada Selasa siang.

Akan tetapi, proses evakuasi menggunakan helikopter itu terhambat karena kondisi cuaca dan kabut tebal. 

Juliana baru berhasil dievakuasi dari jurang sedalam 600 meter pada Rabu pukul 13.51 WITA, kemudian dibawa menuju Sembalun dengan ditandu dan tiba pada pukul 20.45 WITA.

Setelah itu, jenazah Juliana dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Mataram dan selanjutnya diautopsi di RS Bhayangkara Bali Mandara.

Setelah diautopsi, Juliana diperkirakan sudah meninggal sekitar 20 menit setelah terjatuh.

Dokter Forensik juga menyebutkan kematian Juliana disebabkan oleh luka karena benturan keras, sehingga menyebabkan pendarahan banyak, terutama di bagian dada.

Polisi Periksa TO dan Pemandu Juliana

Sebelumnya, Kepolisian Resor (Polres) Lombok Timur, NTB, menyatakan telah memeriksa sejumlah pihak untuk dimintai keterangan sebagai saksi dalam tragedi jatuhnya Juliana beberapa waktu lalu.

Penyelidikan mendalam ini dilakukan polisi untuk memastikan apakah terdapat unsur pidana dalam insiden tragis yang menewaskan warga negara asal Brasil tersebut.

Adapun sejumlah pihak yang diperiksa itu di antaranya ada penyedia jasa tracking organizer (TO) berinisial JU dan pemandu Juliana berinisial AM (Ali Mustofa).

Demikian disampaikan oleh Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Lombok Timur, AKP I Made Dharma Yulia Putra.

“Kami telah memeriksa penyedia jasa tracking organizer (TO) berinisial JU, pemandu AM, porter SB, dan petugas Polisi Kehutanan MG."

"Semuanya berasal dari wilayah Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara,” ujarnya, Senin (30/6/2025), dikutip dari tribratanews.ntb.polri.go.id.

Selain itu, polisi menggali keterangan dari beberapa saksi yang tergabung dalam rombongan pendakian Juliana guna memperoleh informasi yang komprehensif tentang kronologi peristiwa.

Proses penyelidikan ini juga turut melibatkan koordinasi intensif dengan pihak Kedutaan Besar Brasil di Indonesia. 

Dharma menyebutkan, tim ahli dari kedutaan telah diterjunkan untuk turut memantau jalannya proses identifikasi dan penyidikan.

Lantas, apakah orang-orang yang telah diperiksa itu berpotensi menjadi tersangka?

Mengenai kemungkinan adanya tersangka setelah adanya pemeriksaan terhadap sejumlah pihak ini, Dharma menegaskan hal tersebut bergantung pada hasil dan proses penyelidikan yang sedang berlangsung.

Namun, untuk saat ini, kata Dharma, pihaknya masih berfokus menggali keterangan dari para saksi.

“Kami masih terus berkoordinasi dengan staf Kedubes Brasil. Mereka juga memantau langsung informasi yang berkembang dari kasus ini."

"Belum ada penetapan tersangka. Kami fokus pada pengumpulan data dan analisa keterangan saksi-saksi,” tegasnya.

Ibu Juliana Tuntut Pemandu dan Pengelola Rinjani

Ibunda Juliana, Estela Marins, menuding pemandu Juliana yakni Ali Mustofa dan pengelola Rinjani lalai hingga menyebabkan putrinya meninggal dunia.

Oleh karenanya, Estela menuntut pemandu Juliana dan pengelola Gunung Rinjani itu.

Diberitakan media Brasil, Fantastico, saat merasa lelah mendaki, Juliana disebutkan meminta untuk beristirahat sejenak.

Namun, menurut saudarinya, Mariana Marins, pemandu dan rombongan justru melanjutkan perjalanan tanpa menunggu Juliana.

“Juliana ada di rombongan itu, tapi dia sangat lelah dan meminta untuk berhenti sejenak. Mereka tetap jalan, dan pemandu tidak tinggal bersamanya,” tulis Mariana dalam unggahan media sosial, dikutip dari The Sun.

Atas hal tersebut, keluarga Marins menuding pemandu Juliana dan rombongan, telah meninggalkan Juliana seorang diri, yang kemudian terpeleset dan jatuh dari tebing setinggi sekitar 150 meter, lalu tergelincir lebih jauh hingga lebih dari 487 meter.

Namun, hal itu dibantah oleh pemandu Juliana. Dia mengatakan bahwa saat itu dirinya tetap menunggu pendaki asal Brasil tersebut meski tak berada di dekatnya.

“Saya tidak meninggalkannya, saya hanya berada tiga menit di depannya. Saya bilang akan menunggunya di depan dan menyuruhnya beristirahat,” ujar Ali kepada media Brasil, O Globo.

Setelah itu, dia mengaku mendengar teriakan minta tolong dan melihat cahaya senter di jurang, tetapi tak bisa segera menjangkau Juliana.

Selain itu, pihak keluarga Juliana juga menyoroti kelalaian tim penyelamat.

Dalam unggahan media sosial pada 25 Juni 2025, mereka menyatakan, “Juliana menderita kelalaian besar dari tim penyelamat. Jika tim sampai kepadanya dalam waktu yang diperkirakan, yaitu 7 jam, Juliana mungkin masih hidup.”

Karena hal ini, mereka menegaskan akan mencari keadilan, dengan pernyataan sebagai berikut.

“Juliana layak mendapatkan lebih! Sekarang kami akan mencari keadilan untuknya, karena itulah yang pantas dia dapatkan! Jangan menyerah untuk Juliana!”

Sebelumnya, drone yang diterbangkan wisatawan lain menangkap gambar Juliana masih hidup setelah jatuh, memberikan harapan sementara bagi keluarga.

Namun, upaya penyelamatan di Rinjani itu terhambat oleh cuaca buruk dan medan ekstrem.

Kemudian, baru pada 24 Juni 2025, tim yang dipimpin pemandu trekking Agam Rinjani berhasil mengevakuasi jenazah Juliana.

“Dia yang turun ke gunung untuk mengambil tubuh Juliana dan membawanya kembali ke atas,” tulis sebuah unggahan, memuji usaha Agam.

Meski demikian, keluarga Juliana tetap menyalahkan pengelola taman nasional dan pemerintah Indonesia atas lambatnya respons mereka.

Estela juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kedutaan Brasil di Jakarta yang dinilainya tak memberikan dukungan memadai.

“Ini sangat menyedihkan dan serius. Dia gadis berusia 26 tahun, warga Brasil, dan sepertinya tak ada yang peduli kecuali keluarga dan teman,” ujar ayah Juliana, Manoel Marins, kepada TV Globo.

(Tribunnews.com/Rifqha/Facundo) (Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved