Paparan BPA pada Ganula Melebihi Ambang Batas, Ketua KKI: Ini Merugikan Konsumen
Ilustrasi galon guna ulang. Temuan BPOM menunjukkan bahwa paparan BPA pada galon guna ulang di enam kota besar melebihi ambang batas aman 0,6 bpj.
Penulis:
Matheus Elmerio Manalu
Editor:
Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mewajibkan label peringatan risiko Bisphenol A (BPA) pada galon polikarbonat. Namun sangat disayangkan belum ada pembahasan lebih lanjut soal aturan usia pakai galon.
Pembatasan usia pakai galon polikarbonat dinilai cukup penting, apalagi jika melihat hasil survei BPOM, yang menunjukkan paparan BPA pada galon guna ulang di enam kota besar telah melebihi ambang batas aman yang seharusnya 0,6 bagian per juta (bpj).
Sebagai informasi, BPA merupakan senyawa kimia yang dikenal sebagai endocrine disruptor, zat yang meniru hormon estrogen dan bisa memengaruhi sistem hormonal manusia.
Sejumlah riset global juga telah mengungkapkan paparan BPA bisa menjadi salah satu faktor yang mengganggu tumbuh kembang anak, infertilitas hingga risiko beberapa jenis kanker.
Riset-riset global inilah yang menjadi landasan mengapa regulasi pembatasan usia pakai galon polikarbonat harus diterapkan di Indonesia. Pasalnya makin tua usia galon, makin banyak BPA yang mudah meluruh dan tercampur ke dalam air minum.
Kekhawatiran ini diungkapkan oleh Ketua Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) David Tobing yang menyatakan tanpa batas masa pakai, ganula tetap beredar bahkan dipakai bertahun-tahun oleh konsumen.
David juga menyatakan hasil temuan BPOM harus dilihat sebagai peringatan bahaya bagi kesehatan konsumen di seluruh Indonesia.
“Tahun 2021-2022, BPOM melakukan survei di enam kota besar di Indonesia. Hasilnya, paparan BPA melebihi ambang batas, yang artinya ini peringatan bahaya,” kata David.
Baca juga: 40 Persen Galon di Pasaran Adalah Ganula, KKI Ungkap Ancaman Ganula yang Sebabkan Risiko Kesehatan
Pentingnya Batas Usia Pakai Galon Guna Ulang
David menambahkan, selain usianya yang sudah tua, ganula yang sering terpapar sinar matahari atau dicuci berulang kali dengan cara yang tidak tepat, memiliki risiko pelepasan BPA yang tinggi.
“Ganula ini sebetulnya galon zombie. Masih kelihatan layak, padahal sudah harusnya pensiun. Tapi produsen tetap membiarkannya beredar karena biaya produksi bisa ditekan. Padahal ini merugikan konsumen,” papar David.
Yang bikin miris, David menyayangkan produsen air minum dalam kemasan tidak mau memproduksi galon baru yang bebas BPA, padahal mereka punya teknologi untuk melakukan hal tersebut.
“Kalau sudah bisa bikin galon bebas BPA, kenapa ganula tidak ditarik? Kan aneh. Ini murni soal keuntungan saja, sementara konsumen jadi korban,” kata David.
Keharusan adanya batasan usia pakai galon guna ulang juga diungkapkan oleh pakar polimer Universitas Indonesia Profesor Mochamad Cholid.
Ia menegaskan galon guna ulang sebaiknya dipakai maksimal 40 kali atau setara sekitar satu tahun, dengan asumsi satu minggu satu kali isi ulang. Lebih dari itu, risiko migrasi BPA makin tinggi.
Namun sangat disayangkan masih banyak konsumen belum paham soal ganula. Survei KKI mencatat 43,4 persen responden tidak tahu adanya aturan label BPA.
40 Persen Galon di Pasaran Adalah Ganula, KKI Ungkap Ancaman Ganula yang Sebabkan Risiko Kesehatan |
![]() |
---|
Pengaruh BPA pada Air yang Diminum Sehari-hari, Berikut Penjelasan Ahli |
![]() |
---|
Ganula Tanpa Batas Masa Pakai, Berpotensi Rugikan Kesehatan Publik |
![]() |
---|
Beredar Ganula, Galon Lanjut Usia tanpa Regulasi Usia Pakai, KKI: Konsumen Terancam BPA |
![]() |
---|
Survei KKI: Konsumen Tetap Pilih Harga Murah meski Sudah Tahu Bahaya BPA di Galon Guna Ulang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.