Senin, 29 September 2025

Pengamat: Tren Kedatangan Imigran Baru Tiongkok ke RI Berbeda dengan yang Terjadi di Awal Abad 20

Imigran ini jauh berbeda dari karakteristik etnis Tionghoa di Asia Tenggara dan Indonesia yang disebut sebagai migran lama. 

Ist/HO
TREN IMIGRAN TIONGHOA - Peneliti senior ISEAS Yusof Ishak Institute, Singapura, Profesor Leo Suryadinata di Seminar “Peran Migran Baru Tiongkok (Xin Yimin) di Asia Tenggara" di Jakarta, Rabu, 25 Juni 2025. Seminar diselenggarakan Program Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) dan Magister Ilmu Hubungan Internasional (MHI) Universitas Pelita Harapan (UPH) bersama Forum Sinologi Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kedatangan imigran asal Tiongkok ke Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara dalam beberapa dasawarsa terakhir menjadi perhatian banyak kalangan, terutama pemerhati internasional, khususnya China.

Namun, ada persepsi yang dianggap tidak tepat dan rancu memicu problem akademis dan sosial ketika mempersepsikan kedatangan para imigran tersebut dianggap akan tinggal permanen ke negara yang didatanginya. 

Peneliti senior ISEAS Yusof Ishak Institute, Singapura, Profesor Leo Suryadinata menilai, orang-orang Tiongkok yang datang ke sejumlah negara tujuan tersebut dinilai temporer alias hanya untuk sementara waktu, baik karena alasan pekerja, pelajar, pebisnis, maupun kegiatan lainnya. 

Umumnya, mereka datang untuk sementara dan dalam kelompok relatif besar, mereka tak dapat diharapkan untuk melakukan proses adaptasi dalam hal sosial dan budaya, seperti pendahulu mereka, yaitu etnis Tionghoa di Asia Tenggara, termasuk orang-orang Tionghoa Indonesia

Profesor Leo Suryadinata menyampaikan pendapat tersebut saat menjadi pembicara dalam seminar berjudul “Peran Migran Baru Tiongkok (Xin Yimin) di Asia Tenggara,” yang diselenggarakan Program Magister Ilmu Komunikasi (MIKOM) dan Magister Ilmu Hubungan Internasional (MHI) Universitas Pelita Harapan (UPH) bersama Forum Sinologi Indonesia (FSI) di Jakarta, Rabu, 25 Juni 2025. 

Seminar dibuka dengan pernyataan pembukaan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPH, Profesor Edwin Martua Bangun Tambunan, yang menekankan bahwa studi migrasi, termasuk migrasi asal Tiongkok di abad ke 21 ini, adalah simpul dari dinamika besar dunia.

“Tanpa memahami fenomena migrasi, kita tidak bisa memahami dunia,” tutur guru besar dalam bidang ilmu keamanan dan perdamaian itu, dalam keterangan yang diterima, Jumat (27/6/2025).

Profesor Leo Suryadinata yang pernah menerima Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Republik Indonesia tahun 2018 mengemukakan berbagai kharaktersitik dari migran baru asal Tiongkok.

Dalam Bahasa Mandarin mereka disebut dengan istilah Xin Yimin. Menurut pandangannya, mereka ini jauh berbeda dari karakteristik etnis Tionghoa di Asia Tenggara dan Indonesia yang disebut sebagai migran lama. 

Dia mengatakn, orang-orang Tionghoa yang termasuk sebagai migran lama meninggalkan Tiongkok menuju negara tujuan, kebanyakan ke Asia Tenggara, selambatnya pada awal abad XX dan dilatarbelakangi faktor ekonomi, khususnya kemiskinan. 

“Orang-orang Tionghoa itu sebagian besar menuju dan bermukim di Asia Tenggara, dan menganggap Asia Tenggara sebagai tanah air mereka,” terang ahli Hubungan Internasional yang juga pemerhati Tionghoa Asia Tenggara tersebut.

Berbeda dengan Xin Yimin, mereka yang dikategorikan sebagai migran lama rata rata berasal dari provinsi-provinsi di Selatan Tiongkok, seperti Fujian, Guangzhou, dan Hainan.

Berbeda dari etnik Tionghoa yang sudah berakar di Asia Tenggara dan Indonesia, migran baru asal Tiongkok tidak datang untuk menetap. 

Menurut Leo, mereka menjadikan negara-negara tujuan sebagai tempat untuk transit dalam proses migrasi yang bersifat sementara itu.

Karena itu, mereka tak lagi berpegang pada istilah luodi shenggen (berakar di tanah yang mereka pijak) dan cenderung berpindah-pindah seperti daun teratai yang tak berakar. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan