Minggu, 5 Oktober 2025

Tahun Baru Islam

Makna Tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng Malam 1 Suro 2025

Inilah makna tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng malam 1 Suro 2025, pertapaan modern yang masih mengakar kuat dalam budaya Jawa.

TRIBUN JATENG /Galih Permadi
MAKNA TAPA BISU - Kirab 1 Suro di Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, foto diambil Selasa (5/11/2013) dini hari yang mengarak kebo bule Kiai Slamet. Inilah makna tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng malam 1 Suro 2025, pertapaan modern yang masih mengakar kuat dalam budaya Jawa. 

Tidak ada basa-basi, tidak ada selfie, tidak ada obrolan ringan. 

Semua larut dalam semacam kesunyian kolektif yang nyaris mistis.

Bagi banyak orang, ikut Tapa Bisu seperti menempuh perjalanan ke dalam diri sendiri. 

Satu-satunya suara yang terdengar adalah detak jantung dan langkah kaki. 

Tidak jarang, momen ini justru membawa air mata yang jatuh diam-diam, entah karena haru, entah karena penyesalan, atau sekadar karena merasa dekat sekali dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Menjalankan apa Bisu adalah pengingat bahwa dalam hidup yang riuh, kita butuh jeda. Butuh ruang untuk diam. 

Butuh waktu untuk tidak bicara, hanya mendengar terutama mendengar diri sendiri. 

Sebab barangkali, dalam keheningan itulah, jawaban-jawaban yang selama ini kita cari sedang berbisik pelan.

Tradisi ini terus lestari, bukan hanya karena warisan leluhur, tetapi karena ia menjawab kebutuhan spiritual manusia yang modern sekalipun: kebutuhan untuk sejenak hening dan kembali ke dalam. 

Dan Yogyakarta, dengan segala magisnya, masih menyediakan ruang untuk itu setiap malam 1 Suro.

(Tribunnews.com/M Alvian Fakka)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved