Minggu, 5 Oktober 2025

Tahun Baru Islam

Makna Tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng Malam 1 Suro 2025

Inilah makna tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng malam 1 Suro 2025, pertapaan modern yang masih mengakar kuat dalam budaya Jawa.

TRIBUN JATENG /Galih Permadi
MAKNA TAPA BISU - Kirab 1 Suro di Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, foto diambil Selasa (5/11/2013) dini hari yang mengarak kebo bule Kiai Slamet. Inilah makna tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng malam 1 Suro 2025, pertapaan modern yang masih mengakar kuat dalam budaya Jawa. 

TRIBUNNEWS.COM - Inilah makna tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng malam 1 Suro 2025.

Hari ini, Kamis (26/6/2025) adalah malam 1 Suro 2025 yang bagi masyarakat Jawa dipercaya sebagai momen yang sakral dan istimewa.

Saat malam 1 Suro 2025 ini, biasanya masyarakat Jawa menjalankan sejumlah tradisi, salah satunya Tapa Bisu Mubeng Benteng.

Tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng biasanya dilakukan oleh kalangan Keraton Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta.

Lantas, apa makna tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng malam 1 Suro 2025?

Makna Tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng Malam 1 Suro 2025

Tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng malam 1 Suro 2025 biasanya dilakukan dengan berjalan berderet tanpa alas kaki, mengelilingi benteng keraton dalam keadaan diam.

Melansir laman Museum Sonobudoyo, ternyata ada makna tersendiri dalam menjalankan tradisi Tapa Bisu Mubeng Benteng malam 1 Suro 2025.

Secara tradisi, Tapa Bisu bisa diartikan untuk mengajak manusia tidak berkata-kata, tidak bersuara dan berisik, baik secara lahiriah maupun batiniah.

Melakukan Tapa Bisu saat Mubeng Beteng menjadi bentuk pertapaan modern yang masih mengakar kuat dalam budaya Jawa.

Dalam keheningan Tapa Bisu, mereka tidak hanya membisu secara verbal, tetapi juga membungkam ego dan kegaduhan hati.

Selain itu, Tapa Bisu malam 1 Suro bukan sekadar ritual diam. 

Baca juga: Doa Malam 1 Suro 2025 dalam Arab, Latin dan Bahasa Jawa

Hal ini merupakan bentuk tertinggi dari kontemplasi manusia kembali pada dirinya, merefleksikan jalan hidupnya selama satu tahun ke belakang, dan mengurai harap yang masih tersimpan untuk satu tahun ke depan. 

Dalam sunyi itu, masing-masing orang membawa doa, penyesalan, dan permintaan ampunan pada Tuhan Yang Maha Esa.

Uniknya justru dalam keramaian yang tidak bersuara itulah, Tapa Bisu malam 1 Suro menjadi momen yang terasa sangat personal. 

Ribuan orang berjalan bersama, tapi tidak saling menyapa. 

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved