Jumat, 3 Oktober 2025

Kapan Mulainya Waktu Malam 1 Suro Menurut Perhitungan Jawa, Lengkap dengan Makna Perayaannya

Malam 1 Suro merupakan waktu yang istimewa dan sakral bagi masyarakat Jawa, kapankah mulainya malam 1 Suro? berikut penjelasan dan pemaknaannya.

Canva Tribunnews
MALAM 1 SURO - Ilustrasi malam 1 Suro dibuat melalui Canva pada Kamis (26/6/2025), berikut penjeleasan mengenai kapan mulainya malam 1 Suro tahun ini, lengkap dengan pemaknaannya. 

Dilansir kompas.tv, istilah "Suro" berasal dari kata Asyura, sebuah istilah dalam bahasa Arab yang berarti sepuluh.

Kata ini merujuk pada hari kesepuluh di bulan Muharram dalam kalender Hijriah.

Seiring berjalannya waktu, lidah orang Jawa melafalkan Asyura menjadi "Suro".

Hal ini kemudian diadopsi sebagai nama bulan pertama dalam kalender Jawa-Islam.

Perubahan pelafalan ini menunjukkan proses asimilasi budaya dan menjadi bagian dari identitas Islam-Jawa.

Tradisi peringatan malam 1 Suro berawal dari masa pemerintahan Sultan Agung dari Mataram.

Saat Jumat Legi, bulan Jumadil Akhir 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi, Sultan Agung memperkenalkan sistem kalender baru yang menggabungkan kalender Islam dengan tradisi Jawa.

Langkah ini bertujuan menyelaraskan nilai kejawen dengan syariat Islam yang saat itu berkembang pesat di Pulau Jawa.

Sejak saat itulah, 1 Muharram ditetapkan sebagai awal tahun baru dalam kalender Jawa atau saat ini disebut dengan 1 Suro.

Baca juga: Apakah Boleh Berhubungan Badan saat Malam 1 Suro? Ini Penjelasannya

Tradisi Malam 1 Suro

Beragam tradisi sering kali digelar untuk menyambut bulan Suro.

  • Jamasan Pusaka: Merupakan tradisi mensucikan benda-benda pusaka dari keraton.
  • Lampah Budaya Mubeng Beteng: Merupakan tradisi yang dilakukan oleh seluruh anggota keraton berjalan mengitari area beteng keraton.
  • Menyantap Bubur Suran (Bubur Suro): Setelah menjalankan seluruh prosesi, masyarakat bisa menyantap Bubur Suran di area Keraton yang memiliki cita rasa gurih cenderung manis. 
  • Tapa Bisu: Pada prosesi ini biasanya peserta kirab tidak diperbolehkan mengeluarkan suara, bebunyian, serta berbicara sepanjang rute. 
  • Lampah Ratri: Hampir sama dengan lampah budaya, anggota keraton akan berjalan mengitari area tertentu tanpa berbicara sepanjang rute.
  • Kirab Pusaka Dalem: Kirab Pusaka Dalem merupakan tradisi malam 1 suro yang mengarak pusaka-pusaka dari keraton untuk memutari daerah sekitar tembok keraton.

(Tribunnews.com/Oktavia WW)(Kompas.tv/Rizky L Pratama)(Kompas.com)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved