Tambang Nikel di Raja Ampat
Politisi PDIP Minta Pemerintah Usut Biang Pemberi Izin Tambang di Raja Ampat
Samuel Wattimena meminta pemerintah mengusut siapa biang pemberi Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Pasalnya, Said Didu senang menghadapi mafia-mafia 'gajah' yang berada di pusaran pertambangan.
Hal tersebut, diungkapkan lagi dalam podcast di YouTube Abraham Samad SPEAK UP pada Kamis (12/6/2025).
Dalam kesempatan yang sama, Said Didu mencoba membongkar dalang di balik mafia pertambangan di Raja Ampat.
Said Didu pun menilai, ada beberapa pihak yang harus bertanggungjawab atas pertambangan ilegal yang telah terjadi di wilayah Papua tersebut.
Awalnya, Said Didu menilai, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sempat ingin merekayasa.
Caranya, Bahlil membuat PT Gag Nikel Tbk tampil baik hingga warga Indonesia tak melirik empat usaha tambang lainnya.
"Kalau saya justru Bahlil mencoba merekayasa kemarin untuk menutupi 4 ini. GAG ini adalah punya BUMN tahun ini mendapat penghargaan sebagai tambang terbaik," ungkap Said Didu.
Baca juga: Perusahaan China Jadi Pemilik Saham Terbesar Weda Bay Nickel yang Tampung Nikel Raja Ampat PT Gag
"Awalnya, saya menduga yang lain dibiarkan sementara yang lain merusak, sedangkan Gag berada di luar geoparknya Raja Ampat. Jadi saya menduga, skenario Bahlil kalau Gag diperiksa dan bagus, berarti yang lainnya bagus. Pas kunjungan ke Gag kan langsung konferensi pers kan kalau tidak ada masalah untuk menutupi yang empat ini," terangnya.
Namun rekayasa Bahlil disebut Said Didu tercium oleh Presiden Prabowo.
"Sepertinya Presiden Prabowo membaca 'ini memang nakal ini anak'," terangnya.
Selain itu, Said Didu mengungkap PT Kawei Sejahtera Mining, satu perusahaan yang IUP-nya dicabut adalah milik sembilan naga, Aguan atau Sugianto Kusuma.
"Kawei itu kan milik Aguan. Ada satu lagi sembilan naga juga tapi saya lupa yang mana," jelasnya.
"Jadi saya bilang, ini skenarionya. Menarik, dia dipanggil ke Hambalang, ini kan izin tambang hanya satu sektor. Kenapa Setkab dan Setneg yang mengumumkan (pencabutan izin) bukan Bahlil."
"Nah lihat saat Bahlil kemarin (dulu) kita di birokrat tidak boleh menafsirkan keputusan presiden. Kemarin dia mencoba menafsirkan, akhirnya Teddy melototi dia terus kan."
"Jadi menurut saya Pak Prabowo sudah tahu anak ini nakal. Ketahuan nakalnya, jadi dia mau menutupi kesalahan empat yang lain, karena ada sembilan naga di situ," Ungkap Said Didu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.