Senin, 29 September 2025

Kasus Dugaan Korupsi di Kemendikbud

Beda Kata soal Laptop Chromebook Kemendikbud: Kejagung Sebut Tak Efektif, Nadiem Anggap Perlu

Perbedaan pernyataan disampaikan oleh Kejagung dan Nadiem terkait alasan diadakannya laptop Chromebook dengan total anggaran Rp9,9 triliun.

Kolase Tribunnews.com
LAPTOP CHROMEBOOK - Perbedaan pernyataan disampaikan oleh Kapuspenkum Kejagung, Harli Siregar, dan eks Mendikbudristek, Nadiem Makarim, terkait pengadaan laptop Chromebook di era pandemi Covid-19 senilai Rp9,9 triliun. 

Berbeda dengan Harli, Nadiem menganggap bahwa penggunaan laptop Chromebook perlu dilakukan di masa pandemi Covid-19 untuk siswa meski sudah terbukti tidak efektif.

Adapun alasan pihaknya memakai laptop Chromebook karena harganya lebih murah. Selain itu, OS-nya juga gratis.

"Bukan hanya itu, Chrome OS itu gratis. Sedangkan operating system lainnya itu berbayar dan bisa sampai Rp1,5 sampai Rp2,5 juta tambahan," ucap Nadiem, dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Selasa (10/6/2025).

Nadiem juga mengungkap alasan lainnya yaitu karena laptop Chromebook memungkinkan pemerintah melakukan kontrol terhadap aplikasi yang dibuka oleh siswa.

Dia menegaskan hal tersebut dilakukan semata-mata agar siswa tidak membuka situs-situs terlarang dan penggunaan laptop tidak semestinya, seperti bermain gim.

Kemampuan kontrol tersebut, kata Nadiem, disediakan gratis di laptop chromebook. Sedangkan di laptop dengan OS lain akan membutuhkan biaya tambahan.

"Chromebook itu bisa digunakan secara offline walaupun fiturnya lumayan terbatas," pungkasnya.

Duduk Perkara

Sebelumnya, Harli mengumumkan pihaknya tengah melakukan penyelidikan terkait dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook senilai Rp9,9 triliun di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) periode 2019-2023.

Dia pun membeberkan modus yang digunakan para terduga pelaku agar proyek ini dapat terealisasi.

Harli menuturkan ada pemufakatan jahat berbagai pihak dengan membuat kajian terkait pengadaan laptop di sektor pendidikan.

Dia mengatakan pihak-pihak tersebut mengarahkan agar tim teknis menggunakan laptop berbasis operating system (OS) Chromebook.

"Mengarahkan kepada tim teknis agar membuat kajian teknis terkait pengadaan peralatan TIK supaya diarahkan pada penggunaan laptop berbasis operating system Chromebook," katanya.

Harli mengungkapkan padahal laptop jenis tersebut tidak dibutuhkan pada saat itu.

Pasalnya, pada tahun 2019, penggunaan laptop Chromebook sudah terbukti tidak efektif lantaran persebaran jaringan internet di Indonesia belum merata.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan