Tribunners / Citizen Journalism
Djojohadikusumonomics dalam Sorotan Islam: Mencari Etos Keadilan Sosial Nasional
Dalam konteks Indonesia kontemporer, gagasan ini dimetaforakan sebagai Djojohadikusumonomics — sebuah formula kebijakan dan cara pandang yang dibentuk
Editor:
Acos Abdul Qodir
Oleh: Nazar El Mahfudzi
Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi (PSID)
TRIBUNNEWS.COM - Ketika diskursus nasionalisme memasuki fase konsolidasi ulang di bawah kepemimpinan pasca-reformasi, muncul satu gagasan menarik yang menggabungkan dua kutub ideologis lama: kaum borjuis nasionalis dan kerakyatan revolusioner.
Dalam konteks Indonesia kontemporer, gagasan ini dimetaforakan sebagai Djojohadikusumonomics — sebuah formula kebijakan dan cara pandang yang dibentuk oleh warisan pemikiran Prof. Soemitro Djojohadikusumo dan dijalankan dalam praksis oleh Prabowo Subianto dan Hashim Djojohadikusumo.
Sebagai Direktur Pusat Studi Islam dan Demokrasi, saya melihat bahwa dalam diskursus keislaman, etika ekonomi dan politik Islam memiliki kedekatan sekaligus jarak terhadap dua kutub ini.
Namun, ada ruang pertemuan, jika kita menempatkan keduanya dalam bingkai maqashid al-syari’ah: perlindungan atas harta, jiwa, akal, keturunan, dan agama.
Islam dan Keadilan Sosial
Dalam ekonomi Islam, distribusi kekayaan bukan sekadar konsekuensi sistem, melainkan perintah moral. Islam tidak menolak kepemilikan pribadi (sebagaimana dalam borjuisme nasionalis), namun menolak akumulasi kapital tanpa distribusi. Dalam konteks ini, Islam berdekatan dengan kerakyatan revolusioner dalam hal keberpihakan kepada mustadh'afin (yang dilemahkan).
Namun, Islam juga mengakui peran negara dan elite ekonomi sebagai ulil amri yang diberi amanah untuk mengelola kekayaan publik secara adil dan produktif. Dalam titik inilah borjuisme nasionalis yang mengabdi pada negara bisa dimaknai sebagai bagian dari ijtihad ekonomi Islam.
Djojohadikusumonomics sebagai Ijtihad Sosial
Jika kita memahami Djojohadikusumonomics bukan semata strategi teknokratis, tetapi sebagai visi untuk membangun kedaulatan ekonomi nasional yang berbasis sumber daya dan peran negara, maka secara prinsip, hal ini tidak bertentangan dengan Islam.
Islam menerima negara sebagai aktor ekonomi selama, tidak membiarkan pasar menjadi alat penindasan; menjamin akses rakyat terhadap sumber daya pokok (air, tanah, listrik); dan mendorong keadilan sosial sebagai prinsip tata kelola.
Dengan demikian, gagasan ini dapat menjadi ijtihad sosial yang kompatibel dengan prinsip Islam, selama diarahkan untuk menciptakan tatanan ekonomi yang berkeadilan.
Penutup
Islam menolak kapitalisme predator maupun sosialisme totalitarian. Islam menawarkan etika distribusi dan partisipasi, di mana kekuasaan, kekayaan, dan pengetahuan harus dikelola dalam bingkai kebajikan kolektif (maslahah ‘ammah).
Jika Djojohadikusumonomics mampu menjembatani kepentingan nasionalis borjuis dan kerakyatan revolusioner dalam kerangka keadilan sosial, maka ia punya ruang legitimasi dalam Islam — bukan sebagai ideologi sempurna, tetapi sebagai ikhtiar politik kebangsaan yang beretika.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
ekonomi
Djojohadikusumonomics
Soemitro Djojohadikusumo
demokrasi
borjuisme nasionalis
SDG01-Tanpa Kemiskinan
Ekonom Pesimistis Paket Stimulus Ekonomi Bisa Genjot Ekonomi RI, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Misbakhun Apresiasi Paket Stimulus Ekonomi Pemerintah, Ingatkan Soal Eksekusi |
![]() |
---|
INDEF Berharap Menkeu Purbaya Yudhi Berani Laporkan Kondisi Riil Ekonomi ke Presiden Prabowo |
![]() |
---|
Netanyahu Dikeroyok Negara Arab, Terancam Kena Sanksi Ekonomi hingga Putus Diplomasi |
![]() |
---|
Pengamat Nilai 17 Paket Kebijakan Ekonomi Belum Mampu Dorong Konsumsi Rumah Tangga |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.