Ungkap Penyelundupan 2 Ton Sabu di Kepri, Kepala BNN Bicara Letak Geografis dan Modus Operandi
Aksi penyelundupan narkotika jenis sabu-sabu seberat 2 ton digagalkan oleh tim gabungan yang terdiri dari Badan Narkotika Nasional (BNN)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi penyelundupan narkotika jenis sabu-sabu seberat 2 ton digagalkan oleh tim gabungan yang terdiri dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Bea dan Cukai, serta TNI AL.
Barang haram tersebut diamankan dari sebuah kapal di perairan utara Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau (Kepri), pada Rabu (21/5/2025).
Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Pol. Marthinus Hukom, menjelaskan mengapa Riau menjadi pintu masuk utama dibandingkan provinsi lain.
Komjen Pol. Marthinus Hukom mengatakan karena letak geografis Riau yang unik.
Dengan perairan terbuka dan dekat dengan jalur pelayaran Internasional.
"Ya, Riau memang terletak di Selat Malaka, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia, dengan 30 persen perdagangan global melintas di sini," ujarnya, Selasa (27/5/2025).
Berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura, wilayah ini dinilai menjadi titik transit ideal bagi kapal-kapal yang membawa narkoba dari Golden Triangle (Myanmar-Laos-Thailand) dan Golden Crescent (Afganistan-Pakistan).
Marthinus Hukom menjelaskan, Kepulauan Riau juga dikenal sebagai labirin yang sulit diawasi.
Tercatat, provinsi ini memiliki 2.408 pulau, dengan garis pantai sepanjang 10.800 km. Kondisi ini menyulitkan pengawasan aparat, sehingga kapal-kapal kecil bisa dengan mudah bersembunyi di antara pulau sebelum masuk ke daratan.
"Infrastruktur pelabuhan yang ramai dan rentan menjadi jawaban berikutnya. Pelabuhan Dumai dan Batam termasuk yang tersibuk di Indonesia. Volume bongkar muat yang tinggi memudahkan penyamaran narkoba dalam kontainer barang legal, seperti karet, minyak sawit, atau elektronik," ujarnya.
Kedekatan dengan pasar konsumen. Jakarta dan Sumatera Riau berjarak hanya 40 menit penerbangan dari Jakarta, dan terhubung dengan jaringan distribusi Sumatera. Sabu dari Riau bisa sampai ke ibu kota dalam kurang dari 12 jam via jalur darat dan laut.
Selain itu, kata Marthinus Hukom, lemahnya pengawasan di perbatasan menjadi faktor berikutnya. Meski ada pos TNI AL dan Bea Cukai, luasnya wilayah membuat hanya 20 persen perairan Riau yang terpantau real-time (data BNN 2023). Kapal-kapal ikan asing sering dijadikan kedok untuk transfer narkoba.
Modus penyelundupan juga terus berevolusi. Penggunaan kapal tanker palsu (seperti kasus KM Shun Fa Xing yang membawa 1,2 ton sabu) menjadi salah satu contohnya. Penyelundupan via kapal cepat (speedboat) dari Malaysia/Singapura juga menjadi cerita lain. Plus penyamaran dalam kargo ekspor-impor, seperti kasus sabu dalam kemasan tepung terigu (2023).
Bandingkan dengan daerah lain. Mengapa Bukan Aceh atau Papua?
Menurut Kepala BNN, Aceh, meski berbatasan dengan Laut Andaman, pengawasan TNI AL lebih ketat karena isu separatis. Papua: Jarak terlalu jauh dari pusat distribusi (Jakarta). Sedangkan Kalimantan: Perbatasan darat dengan Malaysia lebih mudah dipantau daripada laut.
Gibran Panen Lobster di Batam, Titip Pesan Penting soal Kampung Nelayan |
![]() |
---|
Ditemani Selvi Ananda & Titiek Soeharto, Gibran Tinjau Panen Perdana Lobster di Batam |
![]() |
---|
Satgasmar Ambalat XXXI dan Kopaska Gagalkan Penyelundupan Sabu dan Miras di Sebatik |
![]() |
---|
Wapres Gibran Sidak Program Makan Bergizi Gratis di Batam, Bujuk Siswa yang Tak Suka Buah |
![]() |
---|
Sabu Disamarkan Dalam Paket Lampu, Polisi Tangkap Pemuda di Jagakarsa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.