Rabu, 1 Oktober 2025

Pemain Sirkus dan Kehidupannya

Mengenal Kalijodo, Tempat Hadi Manansang Pendiri Taman Safari Ambil Anak-anak, lalu Diajak Masuk OCI

Lokasi Kalijodo, yang disebutkan sebagai tempat pendiri Taman Safari Indonesia, Hadi Manansang, mengambil anak-anak untuk diajak masuk OCI.

Tribunnews.com/Ibriza Fasti Ifhami
EKSPLOITASI PEMAIN SIRKUS - Suasana Panti Asuhan Hati Bangsa di Jalan Jembatan Dua Raya, Gang Pilin 1 Nomor 5 O, RT 002, RW 002, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat (18/4/2025). Beberapa mantan pemain sirkus mengaku alami penyiksaan dan eksploitasi; yang disebut-sebut berasal dari salah satu panti asuhan di Kalijodo, Jakarta Utara.  

TRIBUNNEWS.com - Pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI) dan Taman Safari Indonesia (TSI), Tony Sumampau, mengungkap asal-asal sejumlah pemain sirkus OCI.

Menurut Tony, beberapa anak yang dibawa ke OCI sejak kecil, diambil dari sebuah panti asuhan di kawasan Kalijodo, Jakarta Utara.

Ia mengatakan, anak-anak itu diambil orang tuanya, Hadi Manansang, dengan alasan kebaikan.

"Orang tua itu suka menampung anak, jadi dari bayi, entah anaknya siapa itu. Ternyata, waktu saya tanya ini anak dari mana, katanya anak dari panti asuhan."

"'Panti asuhannya di mana?', 'Di daerah dekat Kalijodo'. 'Kenapa diambil?, 'Saya suka sumbang uang untuk panti asuhan'," ungkap Tony di hadapan awak media, Kamis (17/4/2025).

Tony menjelaskan, anak-anak itu dibesarkan oleh keluarganya hingga berusia 6-7 tahun, dan kemudian dilatih untuk menjadi pemain sirkus.

Baca juga: Berawal dari Ngamen, Hadi Manansang dan 3 Anaknya Dirikan Sirkus OCI, lalu Taman Safari Indonesia

Mengenal Lokasi Kalijodo

Dikutip dari catatan Wikipedia, Kalijodo berlokasi di Jalan Kepanduan II, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Secara umum, daerah yang termasuk Kalijodo adalah RT 001, RT 003, RT 004, RT 005, dan RT 006 pada RW 05 Kelurahan Pejagalan.

Dulunya, Kalijodo dikenal sebagai tempat hiburan malam dan prostitusi untuk kelas bawah.

Tetapi, pada 2016, tempat hiburan malam dan prostitusi di Kalijodo dibongkar Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Kala itu, pembongkaran Kalijodo mendapat perlawanan dari tokoh masyarakat setempat, Abdil Azis alias Daeng Azis.

Namun, perlawanan Daeng Azis itu tak digubris pihak Pemprov DKI Jakarta, dilansir Kompas.com.

Pemprov DKI Jakarta dibantu ribuan personel gabungan TNI-Polri, tetap menertibkan kawasan Kalijodo dalam sebuah operasi yang dinamakan Operasi Pekat, Sabtu (20/2/2016).

Operasi itu dipimpin langsung oleh Tito Karnavian yang saat itu masih menjabat sebagai Kapolri.

Lantas, tempat hiburan malam dan prostitusi di Kalijodo resmi dibongkar.

Pada Februari 2017, Ahok pun meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kalijodo.

Panti Asuhan di Kalijodo

Menurut penelusuran Tribunnews.com, hanya ada satu panti asuhan di Kalijodo, yakni Panti Asuhan Hati Bangsa.

Panti asuhan itu berada di Jalan Jembatan Dua Raya, Gang Pilin 1 Nomor 50, TR 002/RW 002, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Namun, seorang pengurus Panti Asuhan Hati Bangsa, Lina, menegaskan pihaknya tak memberlakukan sistem adopsi.

"Kalau di sini memang enggak bisa adopsi begitu sih," ungkap Lina, Jumat (18/4/2025).

Hal senada juga disampaikan Kepala Panti Asuhan Hati Bangsa, Mikas.

Mikas mengungkapkan panti asuhan yang dipimpinnya berdiri sejak 2016.

Namun, sejak awal didirikan hingga saat ini, kata Mikas, ia memastikan tidak ada proses adopsi, terlebih untuk dijadikan pemain sirkus.

"Kita sejak 2016 pertama buka. Enggak ada yang kayak gitu-gitu sih (adopsi sirkus OCI). Kita enggak ada program adopsi," tegas dia, Jumat.

Menurutnya, sistem adopsi tidak boleh dilakukan oleh lembaga yang sudah terlegalisasi sebagai panti asuhan.

Sebab, seharusnya, panti asuhan memiliki visi dan misi untuk membangun masa depan.

Mikas mengatakan, pendirian Panti Asuhan Hati Bangsa berlatar belakang rekomendasi dari majelis-majelis gereja untuk menyelamatkan anak-anak yang terlantar. 

Panti ini mengasuh 36 anak usia 10-20 tahun berasal dari luar Jakarta, seperti Nias dan Rote NTT.

Para anak yang diasuh merupakan anak-anak terlantar imbas kondisi yatim-piatu ataupun broken-home (keluarga tidak utuh).

Anak-anak di Panti Asuhan Hati Bangsa menjalani pendidikan di beberapa sekolah, di kawasan sekitar panti asuhan.

Dua dari 36 anak yang diasuh, kini sedang menjalani pendidikan kuliah di Universitas Trisakti dan Universitas Esa Unggul.

Diterpa Isu Eksploitasi

OCI Taman Safari Indonesia tengah diterpa isu dugaan eksploitasi.

Hal ini terungkap setelah mantan pemain OCI melakukan audiensi dengan Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, baru-baru ini.

Mereka mengaku mengalami kekerasan dan penganiayaan selama menjadi pemain sirkus OCI.

Terkait hal itu, pendiri OCI yang juga Komisaris Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau, membantah tudingan tersebut.

Menurut Tony, pernyataan-pernyataan yang dibuat itu hanya untuk membuat sensasi.

"Kalau benar disetrum, mau pakai setrum apa? Kalau setrum rumah itu nempel, enggak bisa lepas. Orang yang (nyetrum) juga bisa kena. Ini kan cuma sensasi aja," kata Tony dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, dilansir Kompas.com.

Terkait tudingan lainnya, termasuk dugaan pemerasan yang menyebut ada permintaan dana sebesar lebih dari Rp3,1 miliar, Tony menyebut pihaknya masih mengamati aktor utama di balik tuduhan tersebut.

Tony mengatakan, pihaknya masih terus mengamati untuk mengetahui siapa dalang di balik tuduhan itu.

Ia memastikan tidak akan memperpanjang urusan dengan mantan pemain sirkus yang mengaku dianiaya.

"Dari awal kami tidak merespons karena ingin tahu siapa pemain utamanya. Anak-anak itu hanya diperalat."

"Tapi yang di belakang mereka, itu yang harus kami tindak secara hukum," tegas Tony.

Ia menambahkan, sebagian bukti telah dikumpulkan dan langkah hukum sedang dipersiapkan.

Tetapi, ujar Tony, pihaknya juga berhati-hati agar tidak merugikan pihak-pihak yang tidak bersalah, terutama mantan anak didik yang disebut Tony masih dianggap sebagai keluarga sendiri.

"Saya enggak pernah mau bicara untuk membela. Bukti-buktinya sudah ada sebagian," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Ibriza Fasti/Dennis Destryawan, Kompas.com/Kiki Safitri)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved