Senin, 6 Oktober 2025

Ganjar Kritik Praktik Matahari Kembar Para Menteri Prabowo: Itu Nggak Boleh, Bikin Bingung Pemimpin

Menurut Ganjar, praktik matahari kembar atau pemimpin ganda tidak boleh terjadi di sistem pemerintahan presidensial seperti di Indonesia.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Choirul Arifin
Tribunnews.com/Mario Christian Sumampaow
KRITIK MATAHARI KEMBAR - Ketua DPP PDIP Ganjar Pranowo di Wisma Elang Laut, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/11/2024). Ganjar mengkritik matahari kembar yang dipratikkan sejumlah menteri di kabinet Prabowo Subianto yang menganggap mantan Presiden Joko Widodo masih sebagai bos mereka. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo mengkritik munculnya kesan matahari kembar di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Ganjar, praktik matahari kembar atau pemimpin ganda tidak boleh terjadi di sistem pemerintahan presidensial seperti di Indonesia.

Hal ini merespons beberapa menteri di Kabinet Presiden Prabowo Subianto yang masih menganggap Presiden ke-7 Joko Widodo Jokowi atau Jokowi sebagai bos mereka.

Ganjar memaklumi apabila beberapa menteri masih menganggap Jokowi sebagai bos. Sebab, mereka dulunya jadi menteri di Kabinet Indonesia Maju.

"Kan mereka dulu menterinya," kata Ganjar saat ditemui di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (15/4/2025) malam.

Namun, dia mengingatkan agar tidak boleh ada matahari kembar dalam pemerintahan.

"Nggak boleh matahari kembar, masa mataharinya kembar. Nanti pemimpinya bingung, anak buahnya bingung," ujar Ganjar.

 

Penyebutan 'bos' kepada Jokowi mengemuka seusai beberapa menteri Prabowo bersilaturahmi Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah ke kediaman Jokowi di Solo, Jawa Tengah.

Mereka mengunjungi kediaman Jokowi saat Prabowo sedang melakukan lawatan ke luar negeri. 

Para menteri tersebut adalah mereka yang pernah menjadi menteri dalam Pemerintahan Jokowi sebelumnya.

Mereka di antaranya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Ketua Umum Partai Golkar itu menemui Jokowi di Solo, Selasa, 8 April 2025.

Sehari setelahnya, Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan (Zulhas) juga melakukan hal yang sama.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut menemui Jokowi di Rabu (9/4/2025) siang.

Dua hari kemudian, giliran Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin temui Jokowi. Mereka datang pada Jumat (11/4/2025) siang.

Kedua menteri masih memanggil Jokowi sebagai "bos". 

"Silaturahmi sama bekas bos saya. Sekarang masih bos saya,” kata Trenggono berkelakar seusai bertemu Jokowi. 

Baca juga: Sejumlah Menteri Prabowo Sebut Jokowi Sebagai Bos, Pengamat BRIN: Loyalitas Mereka Dipertanyakan

Setelah Trenggono, gantian Budi yang bersilaturahmi dengan Jokowi dan memanggilnya sebagai bos. 

"Silaturahmi karena Pak Jokowi kan bosnya saya. Jadi, saya sama Ibu mau silaturahmi mohon maaf lahir dan batin. Juga (minta) doain supaya Pak Presiden dan Ibu itu sehat, karena saya masih jadi Menteri Kesehatan kan," ujar Budi.

Menanggapi itu, politikus PKS Mardani Ali Sera lantas mengingatkan fenomena 'matahari kembar'. 

"Yang pertama tentu silaturahmi tetap baik, tapi yang kedua tidak boleh ada matahari kembar,” kata Mardani, Jumat (11/4/2025).

Baca juga: Menteri Diminta Loyal ke Prabowo, Jokowi Tak Lagi Bos Mereka

Mardani sebenarnya meyakini bahwa Prabowo tidak akan merasa tersinggung dengan kunjungan para menterinya ke Presiden terdahulu.

Namun, dia menekankan pentingnya jajaran kabinet untuk menjaga kewibawaan sosok pemimpin tertinggi dalam sistem pemerintahan.

“Bagaimanapun presiden kita Pak Prabowo, dan Pak Prabowo sudah menunjukkan determinasinya, kapasitasnya, komitmennya. Dan saya pikir Pak Prabowo juga tidak tersinggung ketika ada menterinya yang ke Pak Jokowi," tutur Mardani.

“Namun, yang jadi pesan saya cuma satu, jangan ada matahari kembar. Satu matahari saja lagi berat, apalagi kalau dua,” ucap Mardani.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved