Ramadan 2025
Lebaran Berkah untuk Kasmari, 31 Tahun Jadi Porter Barang Bisa Kuliahkan Anak hingga ke Tanah Suci
Kasmari (55), seorang porter yang telah menggeluti profesi ini sejak tahun 1994, mengungkapkan bahwa momen menjelang Lebaran membawa berkah
TRIBUNNEWS, JAKARTA - Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, mulai dipadati pemudik yang berbondong-bondong hendak pulang ke kampung halaman mereka menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah.
Arus mudik yang semakin meningkat ini memperlihatkan betapa pentingnya tradisi pulang kampung bagi masyarakat Indonesia.
Para pemudik membanjiri setiap sudut stasiun membawa serta berbagai macam barang bawaan seperti ransel, koper berukuran kecil hingga sedang, dan kardus.
Di tengah kepadatan stasiun, para porter sibuk menawarkan jasa angkut barang untuk membantu pemudik membawa barang bawaan.
Mereka memikul koper dan tas dengan cekatan.
Ada yang menggunakan bahu, ada pula yang menggunakan kedua tangan.
Kasmari (55), seorang porter yang telah menggeluti profesi ini sejak tahun 1994, mengungkapkan bahwa momen menjelang Lebaran membawa berkah tersendiri.
"Dibanding hari biasa, ada peningkatan (pendapatan)," kata dia.
Hal ini diakui pula oleh Manajer Humas PT KAI Daop 1 Jakarta Ixfan Hendriwintoko bahwa ada peningkatan 2 hingga 3 kali lipat bagi porter dari hari-hari biasa karena banyaknya pemudik yang memilih transportasi kereta untuk mengantarkan mereka ke tujuannya.
Meskipun demikian, Ixfan menegaskan bahwa tarif jasa porter tetap terkendali.
Karena, kata dia, tarif ini sudah ada standarnya, para porter tidak boleh memaksakan tarif yang melambung tinggi kepada pembeli jasa.
"Sudah kasih standar, tidak boleh memaksakan mengenai tarif, disitu ada kesepakatan awal, sudah ada standar yang enggak boleh dilebihkan, kecuali pelanggan melebihkan tersendiri," ujar Ixfan.
Tarif standar jasa porter adalah Rp30.000 per angkut, namun jika pembeli jasa membawa barang bawaan diatas 20 kg maka dikenakan biaya tambahan.
"Rp30 ribu, kalau barangnya ya dibatasi, kalau lebih dari 20 kg ya kena charge (biaya tambahan). Di lihat dari penumpangnya, kalau 2 orang, berarti 40, porter enggak bisa membawa 40 kg," jelas Kasmari.
Kasmari sendiri mengaku sudah lama melakoni pekerjaan sebagai porter di stasiun.
Dari hasil keringat selama menjadi porter itu ia bahkan telah berhasil menyekolahkan dan menguliahkan anaknya hingga meraih gelar sarjana.
"Satu yang kuliah. Yang pertama, tamatan STM. Yang kedua ini, yang terakhir ini baru kemarin lulus dari Universitas Surabaya," tuturnya sambil tersenyum bangga, Selasa (25/3/2025).
Selain menyekolahkan anaknya hingga menjadi sarjana, Kasmari juga bercerita dari hasil tabungannya selama bertahun-tahun ia telah berhasil membuatnya menunaikan ibadah umrah bersama sang istri pada 2015 silam.
"Ya, per bulannya ditabung 1 juta, 1 juta, 1 juta. Itu kan niatnya bini saya, yang nabung bini saya, bukan saya," ujarnya.
Lonjakan permintaan jasa porter menjelang Lebaran juga memberikan kesempatan bagi Kasmari untuk berbagi kebahagiaan dengan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada anak-anaknya.
"Kalau ngasih THR, Alhamdulillah bisa," kata dia.
Selain itu, ia juga bersyukur karena banyak pengguna jasanya yang memberikan tip tambahan selama ia menjadi porter.
"Alhamdulillah, setiap harinya sih ada yang ngasih lebih," katanya.
Namun, di balik semua itu, Kasmari mengakui bahwa profesi porter memiliki tantangan tersendiri.
"Ya, biasa porter tuh sakitnya ya di sini, di pundak, biasa itu udah," kata dia sembari memegang pundak.
Selain itu, kata Kasmari, dia juga harus berpisah dengan keluarganya yang tinggal di kampung, sementara ia tinggal bersama teman-teman porternya di kontrakan satu kamar berisikan tiga orang.
"Di sini ngontrak di Tanah Tinggi sama porter-porter, satu kamar bertiga gitu. Jadi bareng-bareng," ujar dia.
Keterbatasan fisik, seperti gangguan penglihatan yang dialaminya sejak kecil, tidak menghalangi Kasmari untuk terus bekerja.
"Ini, ini sakit ini. Yang satu ini sudah mulai kecil. Ngga bisa pak, dioperasi nggak bisa. Gangguan mata dari bayi. Iya, dioperasi nggak bisa," kata Kasmari sembari menunjuk ke mata sebelah kirinya.
Kasmari kemudian menyemangati para anak-anak muda yang mencari rezeki.
"Ya, kalau kerja ya harus semangat. Harus sabar. Kalau nggak sabar, ya putus asa. Sabar. Kalau nggak ada rezekinya, ya sabar,’’ ujarnya.
Kasmari bertekad untuk terus bekerja sebagai porter hingga tubuhnya tidak lagi kuat.
"Ya sampai enggak kuatlah," imbuhnya.
Di usianya yang kini menginjak 55 tahun dengan keterbatasan penglihatan Kasmari tetap semangat ingin mencari rezeki bagi keluarganya.
Baca juga: Cerita Pemudik di Stasiun Kereta Pasar Senen, Rindu Kampung Halaman Tak Terbendung
"Iya saya masih pengin kerja. Cari duit. Masih kuat lah ya," tuturnya.(Grace Sanny Vania)
Ramadan 2025
Perbedaan Hampers dan Parcel, Disertai Inspirasi Barang yang Cocok Jadi Bingkisan Idul Fitri, |
---|
Takjil Gratis, Kebahagiaan Sederhana bagi Pekerja Pelabuhan dan Sopir Truk |
---|
8 Golongan Penerima Zakat Fitrah yang Sah dan Berhak, Lengkap dengan Penjelasannya |
---|
Zakat Mal: Pengertian, Ketentuan, dan Cara Menghitungnya |
---|
Sidang Isbat 1 Syawal 1446 H Segera Dilaksanakan Hari Ini, Ini Serangkaian Agendanya |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.