Kamis, 2 Oktober 2025

Kemhan Resmikan Lorong Sejarah, Bisa Tur di Gedung Berusia 117 Tahun Hingga Sejarah 2 Paman Prabowo

Masyarakat bisa masuk ke dalam kantor Kemhan dan menikmati tur tentang sejarah perang sebelum kemerdekaan hingga sosok-sosok yang terlibat di dalamnya

|
Penulis: Gita Irawan
Editor: Dewi Agustina
Tribunnews.com/Gita Irawan
Kementerian Pertahanan (Kemhan) meresmikan Lorong Sejarah Kemhan di Kantor Kemhan Jakarta Pusat, Sabtu (25/1/2025). Masyarakat bisa masuk ke dalam kantor Kementerian Pertahanan dan menikmati tur tentang sejarah perang sebelum kemerdekaan hingga perang setelah kemerdekaan sekaligus sosok-sosok yang terlibat di dalamnya. 

Para pengunjung juga bisa membeli suvenir mulai dari topi, baju, hingga asesoris lain di stan dekat lorong tersebut.

Usai tur, pengunjung diberi kesempatan untuk menikmati static display dari sejumlah kendaraan taktis di halaman Gedung Kementerian Pertahanan.

Baca juga: Prabowo Apresiasi Usai Jalani Operasi Kaki, Pusrehab Kemhan: Anugrah Luar Biasa Bisa Melayani Beliau

Sosok 2 Paman Prabowo

Satu di antara infografis yang menarik adalah soal sejarah tentang sosok dua paman Presiden RI Prabowo Subianto yakni Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikusumo dan Taruna Soedjono Djojohadikusumo yang merupakan kakak adik.

Keduanya gugur dalam Pertempuran Lengkong tahun 1946.

Peristiwa berdarah tersebut bermula dari Resimen IV TRI di Tangerang yang mengelola Akademi Militer Tangerang (Akademi Militer pertama di Indonesia).

Pada 25 Januari 1946, Mayor Daan Mogot memimpin puluhan Taruna Akademi untuk mendatangi Markas Jepang di Desa Lengkong untuk melucuti senjata pasukan Jepang.

Lorong Sejarah Kemhan_4
Masyarakat menyimak penjelasan pemandu tur Lorong Sejarah Kemhan di kantor Kemhan Jakarta Pusat, Sabtu (25/1/2025).

Daan Mogot didampingi sejumlah perwira  antara lain Mayor Wibowo, Letnan Soetopo, dan Letnan Soebianto Djojohadikusumo.

Dengan mengendarai tiga truk dan satu jip militer, mereka berangkat ke Lengkong.

Di depan pintu gerbang markas, tentara Jepang kemudian menghentikan mereka.

Kemudian, hanya tiga orang yang diizinkan masuk saat itu untuk melakukan pembicaraan dengan pimpinan Dai Nippon yakni Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, dan seorang taruna.

Sedangkan Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo ditunjuk untuk memimpin Taruna yang menunggu di luar. 

Semula, proses pelucutan senjata berjalan lancar.

Tiba-tiba terdengar rentetan letusan senapan dan mitraliur dari arah yang tersembunyi.

Senja yang tadinya damai, menjadi berdarah.

Sebagian tentara Jepang merebut kembali senjata mereka yang semula diserahkan.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved