Jangan Dianggap Persaingan Usaha, Pakar Kesehatan: Bahaya BPA Masalah Kesehatan Serius
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar IDI dengan tegas menolak anggapan bahwa peringatan BPA hanyalah isu persaingan bisnis.
Dalam forum yang sama, Prof Dr. Mochamad Chalid, SSi, MSc.Eng pakar polimer dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa proses distribusi dan perlakuan terhadap kemasan polikarbonat sangat berpengaruh pada risiko pencemaran BPA ke dalam air minum.
"Ibaratnya, polimer seperti untaian kalung. Satu mata rantai dari kalung tersebut di antaranya adalah BPA. Pada saat digunakan, akan sangat mungkin tali tersebut ada yang copot, sehingga menimbulkan permasalahan," jelas Prof Chalid.
Menurut Prof Chalid, ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya leaching atau peluruhan BPA dalam kemasan polikarbonat ke dalam air minum. Contohnya adalah paparan cahaya matahari dalam proses distribusi, suhu tinggi, hingga proses pencucian terus menerus yang tidak tepat, lalu digunakan kembali.
Hal ini sejalan dengan hasil pengawasan BPOM pada 2021-2022 yang menunjukkan peningkatan kadar BPA yang bermigrasi ke dalam air minum melebihi standar, yakni mencapai 4,58 persen pada konsentrasi lebih dari 0,6 ppm (standar BPOM), serta hingga 41,56 persen pada konsentrasi 0,05-0,6 ppm.(*)
Baca juga: Pakar Kebijakan Publik Sebut Pelabelan Bahaya BPA oleh BPOM Harusnya Didukung Semua Pihak
Kasus Mie Instan Mengandung Residu Pestisida Berulang, Ini Kata BPOM RI |
![]() |
---|
BPA dalam Galon: Ancaman Diam-Diam bagi Kesehatan |
![]() |
---|
BPOM Tindak Suplemen Ilegal Dr. LSW, Ketahui Apa Saja Bahayanya Jika Digunakan |
![]() |
---|
BPOM Resmi Awasi Rokok Elektronik, Termasuk Vape dan Produk Sejenis |
![]() |
---|
Waspada Suplemen Probiotik Abal-abal BPOM Rilis Aturan Baru Demi Keamanan Konsumen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.