Jumat, 3 Oktober 2025

Jangan Dianggap Persaingan Usaha, Pakar Kesehatan: Bahaya BPA Masalah Kesehatan Serius

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar IDI dengan tegas menolak anggapan bahwa peringatan BPA hanyalah isu persaingan bisnis.

Shutterstock
Ilustrasi galon isi ulang polikarbonat. 

Dalam forum yang sama, Prof Dr. Mochamad Chalid, SSi, MSc.Eng pakar polimer dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa proses distribusi dan perlakuan terhadap kemasan polikarbonat sangat berpengaruh pada risiko pencemaran BPA ke dalam air minum.

"Ibaratnya, polimer seperti untaian kalung. Satu mata rantai dari kalung tersebut di antaranya adalah BPA. Pada saat digunakan, akan sangat mungkin tali tersebut ada yang copot, sehingga menimbulkan permasalahan," jelas Prof Chalid.

Menurut Prof Chalid, ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya leaching atau peluruhan BPA dalam kemasan polikarbonat ke dalam air minum. Contohnya adalah paparan cahaya matahari dalam proses distribusi, suhu tinggi, hingga proses pencucian terus menerus yang tidak tepat, lalu digunakan kembali.

Hal ini sejalan dengan hasil pengawasan BPOM pada 2021-2022 yang menunjukkan peningkatan kadar BPA yang bermigrasi ke dalam air minum melebihi standar, yakni mencapai 4,58 persen pada konsentrasi lebih dari 0,6 ppm (standar BPOM), serta hingga 41,56 persen pada konsentrasi 0,05-0,6 ppm.(*)

Baca juga: Pakar Kebijakan Publik Sebut Pelabelan Bahaya BPA oleh BPOM Harusnya Didukung Semua Pihak

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved