Minggu, 5 Oktober 2025

Firli Bahuri Terjerat Kasus Korupsi

Koordinator MAKI Kritik Firli Bahuri Ngumpet di Balik Tas usai Diperiksa Polisi: Memalukan

Koordinator MAKI, Boyamin Saiman, menyebut sikap Ketua KPK Firli Bahuri menghindari wartawan sebagai perilaku yang memalukan.

Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
Ketua KPK Firli Bahuri terlihat menutupi wajahnya dengan tas kotak berwarna hitam setelah diperiksa terkait kasus dugaan pemerasan oleh pimpinan KPK ke eks Mentan, Syahrul Yasin Limpo (SYL), Kamis (16/11/2023). Koordinator MAKI, Boyamin Saiman, menyebut sikap Ketua KPK Firli Bahuri menghindari wartawan sebagai perilaku yang memalukan. 

TRIBUNNEWS.COM - Koordinator Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman, menyebut sikap Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri menghindari wartawan sebagai perilaku yang memalukan.

Menurut Boyamin, perilaku Firli Bahuri itu hanya bisa digambarkan dengan satu kata: memalukan.

Sebagaimana diketahui, Firli telah diperiksa polisi terkait kasus dugaan pemerasan terhadap eks Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) pada Kamis (16/11/2023).

Baca juga: Alibi Kubu Firli Bahuri soal Hindari Wartawan hingga Tutup Muka dengan Tas Usai Diperiksa Bareskrim 

Namun, selepas menjalani pemeriksaan, Firli enggan menemui awak media. Ia langsung kabur menggunakan mobil.

Ketika di dalam mobil, Firli Bahuri bahkan menyembunyikan wajahnya menggunakan tas.

"Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi atas ngumpetnya Pak Firli kecuali satu kata: Memalukan," kata Boyamin dalam keterangannya sebagaimana diterima oleh Tribunnews.com, Jumat (17/11/2023).

"Memalukan atas perbuatan yang dilakukan Pak Firli. Jadi malu atas hal-hal yang dilakukan Pak Firli kepada kita semua," tuturnya.

Menurutnya, sebagai Ketua KPK, seharusnya Firli Bahuri memberikan penjelasan dan klarifikasi sehingga masyarakat memahami duduk perkara ini.

Sebab, sebelumnya Firli telah membantah melakukan pemerasan kepada eks Mentan Syahrul.

Boyamin berharap, kejadian seperti ini tak akan terulang kembali di kemudian hari.

"Saya kira, ini jangan terulang lagi di kemudian hari. Karena apa? Nyatanya Ketua KPK yang mestinya dibanggakan ternyata tidak gentleman," sambungnya.

Mestinya, kata Boyamin, Firli memberikan contoh kepada masyarakat, menghormati hukum dengan cara memberikan keterangan sejelas-jelasnya kepada publik melalui media massa sebagai pendidikan hukum.

Kolase foto gedung KPK dan Firli Bahuri. Polda Metro Jaya terus mengusut dugaan pemerasan oleh Ketua KPK Firli Bahuri kepada mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL). Ketua KPK Firli Bahuri lebih pilih ke Aceh daripada menghadiri pemeriksaan di Polda Metro Jaya atas kasus dugaan pemerasan eks Mentan SYL yang menyeret namanya.
Kolase foto gedung KPK dan Firli Bahuri. Polda Metro Jaya terus mengusut dugaan pemerasan oleh Ketua KPK Firli Bahuri kepada mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL). Ketua KPK Firli Bahuri lebih pilih ke Aceh daripada menghadiri pemeriksaan di Polda Metro Jaya atas kasus dugaan pemerasan eks Mentan SYL yang menyeret namanya. (dok. kolase Tribunnews.)

Kritik sejenis soal sikap Firli Bahuri selepas diperiksa oleh polisi juga dilayangkan oleh peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Kurnia Ramadhana.

Kurnia menilai, sikap pria berusia 60 tahun itu yang menghindari jurnalis mirip perilaku koruptor.

"Tindakan Firli Bahuri yang berusaha menghindari jurnalis dengan bersembunyi dan menutup wajahnya menggunakan tas setelah menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri mengingatkan masyarakat pada kebiasaan para koruptor," kata Kurnia Ramadhana dalam keterangannya, Jumat.

Hal yang kemudian sedikit membedakan ialah para koruptor mengenakan rompi oranye, sedangkan kemarin Firli memakai baju batik.

Meski begitu, perilaku Firli sama saja, yaitu mencari siasat untuk menghindari pertanyaan dari para jurnalis.

"Seperti yang sering tampak di KPK, koruptor yang mengenakan rompi oranye selalu mencari siasat untuk lari dari kejaran jurnalis."

"Perbedaan di antara keduanya praktis hanya pakaiannya saja, koruptor menggunakan rompi, sedangkan Firli mengenakan batik," sebut Kurnia.

Kurnia menilai, pria berusia 60 tahun itu melakukan hal tersebut karena takut dengan berbagai pertanyaan awak media yang akan mendalami soal dugaan pemerasan terhadap SYL tersebut. 

Kurnia menduga, Firli Bahuri menghindari jurnalis karena dirinya merupakan pelaku sebenarnya.

"Perasaan panik yang tampak dari tindakan Firli tersebut menimbulkan prasangka, bahkan mungkin menjurus pada keyakinan, di tengah masyarakat bahwa dirinya memang benar terlibat dalam perkara pemerasan dan pertemuan dengan pihak berperkara."

"Sebab, jika merasa benar, mengapa sampai ketakutan seperti itu?" ujar Kurnia.

Penjelasan Kubu Firli

Sementara itu, pihak Firli Bahuri telah buka suara perihal sikap Ketua KPK tersebut dalam menghindari kejaran dari para jurnalis.

Kuasa Hukum Firli, Ian Iskandar, mengatakan sejatinya hal tersebut merupakan hal yang biasa dan tidak perlu dibesar-besarkan.

"Biasa saja. Teman media aja yang mendramatisir," kata Ian saat dihubungi wartawan, Jumat.

Menurutnya, saat itu Firli tidak menghindari awak media. Kliennya memiliki agenda lain sehingga tidak bisa berlama-lama di Bareskrim Polri.

"Dia minta saya yang ketemu teman media, karena ada kerjaan yang mendesak kemarin di KPK," ucapnya.

Bahkan, Ian mengeklaim awalnya Ketua KPK itu ingin menemui awak media dan memberikan keterangan selepas pemeriksaan.

"Nggaklah (menghindar). Tadinya malah dengan saya mau ketemu teman media," tutur Ian.

(Tribunnews.com/Deni/Ilham Rian Pratama/Abdi Ryanda Shakti)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved