Jumat, 3 Oktober 2025

Survei SMRC Sebut Tingkat Toleransi Masyarakat Indonesia Masih Rendah

Lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali mengeluarkan hasil survei terbarunya.

capture video
Pendiri SMRC Saiful Mujani. 

Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali mengeluarkan hasil survei terbarunya.

Kali ini survei yang dikeluarkan SMRC bertajuk ‘Sikap Publik terhadap Pancasila dalam rangka Konsolidasi Sistem Politik Indonesia'.

Dalam temuannya, SMRC mendapati kalau secara umum tingkat toleransi masyarakat Indonesia masih rendah.

Pendiri SMRC, Saiful Mujani menyatakan, dalam presentasinya secara umum tingkat toleransi publik dalam berada di angka 49,1 dari skala 0 hingga 100.

Baca juga: Survei SMRC Terbaru: Hanya 64,6 % Publik yang Bisa Menyebutkan Semua Sila Pancasila Secara Benar

Saiful menjelaskan bahwa dalam penelitian ini toleransi diukur dalam tiga wilayah yang menjadi hak setiap warga negara yakni tempat tinggal, menjadi guru di sekolah negeri dan menjadi pejabat pemerintah.

"Penelitian ini menunjukkan bahwa yang paling tidak ditoleransi adalah Komunis, kemudian ISIS, selanjutnya LGBT, dan kemudian ateis," ucap Saiful saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Rabu (1/6/2022).

Sedangkan yang paling ditoleransi adalah orang Islam, orang Papua, orang Kristen atau Katolik.

Dalam hal tempat tinggal kata Saiful, ada 77 persen warga yang menyatakan keberatan jika ada warga yang berlatar belakang komunis atau PKI menjadi tetangga mereka.

"Yang keberatan pada ISIS sebesar 72 persen, LGBT 68 persen, ateis 57 persen, dan Yahudi 51 persen," ucap Saiful.

Baca juga: SMRC: Dunia Islam Cenderung Negatif terhadap Demokrasi, Tapi Tidak di Indonesia

Sementara intoleransi untuk menjadi guru di sekolah negeri, tertinggi pada orang yang berlatar belakang komunis atau PKI (81 persen).

Kemudian LGBT sebesar 77 persen, ISIS sebesar 77 persen, ateis sebesar 67 persen, dan Yahudi 57 persen.

Selanjutnya, dalam hal menjadi pejabat pemerintah, keberatan warga terbesar pada orang yang berlatar belakang komunis sebesar 83 persen.

Kemudian berlatar belakang ISIS sebesar 78 persen, LGBT 78 persen, ateis sebesar 71 persen, dan Yahudi sebesar 51 persen.

Saiful menjelaskan, jika melihat tingkat toleransi secara umum yang rendah ini, dirinya menyimpulkan bahwa basis sosial dan kultural bagi demokrasi Indonesia lemah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved