Harga Minyak Melonjak, Energi Terbarukan di Indonesia Jadi Potensi
Tingginya harga minyak dunia membuat harus mencari sumber alternatif sumber energi baru terbarukan (EBT).
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya harga minyak dunia membuat harus mencari sumber alternatif sumber energi baru terbarukan (EBT).
Indonesia telah mencanangkan menggunakan 31 persen EBT pada tahun 2050.
"Dunia akan meminta berkontribusi negara-negara untuk menurunkan gas rumah kaca. Kita concern dengan kondisi itu," ujar Direktur SDM dan Penunjang Bisnis PT Pertamina Power Indonesia, Said Reza Pahlevy.
Pernyataan itu disampaikan dalam diskusi yang digelar DPP Persatuan Aktivis dan Warga (Pandawa) Nusantara, dengan tema 'Indonesia dalam Menghadapi Transisi Energi', Kamis (14/4/22).
Dia melihat kondisi saat ini produksi CO2 masih meningkat.
Baca juga: Temukan Penyimpangan Penyaluran Minyak Goreng Curah Bersubsidi, Menperin: Jangan Ambil Kesempatan
Untuk itu, dia melihat, pertumbuhan energi baru terbarukan (EBT) di dunia akan sangat pesat.
Menurut dia, Indonesia memiliki peluang besar untuk dapat memproduksi EBT.
Terlebih lagi sumber EBT yang dimiliki Indonesia sangat beragam dan banyak jumlahnya.
"Potensi hidroenergi sangat besar di Indonesia. Begitu juga dengan geotermal dan biogas," jelasnya.
Diakui Said, perencanaan EBT memerlukan investasi yang besar. Namun hal ini harus dilakukan, karena penggunaan EBT untuk menggantikan bahan bakar fosil hanya tinggal menunggu waktu.
"EBT adalah sebuah keniscayaan, daripada menunggu, kan lebih bagus kita inisiasi. Jadi jika harus berdampingan dengan EBT, kita sudah siap. Paling tidak kita harus persiapkan dari sekarang," katanya.
Baca juga: Kembali Normal, Pasokan Gas dari Kilang Arun ke Pembangkit Listrik Mulai Mengalir
Sementara itu, perwakilan DPP Pandawa Nusantara, Mamit Setiawan menegaskan, EBT merupakan masa depan Indonesia. Diharapkan pada tahun 2060, EBT telah menjadi sumber energi utama pengganti fosil.
"Dengan sumber daya alam yang kita miliki ini, maka EBT merupakan masa depan ketahanan dan kedaulatan energi Indonesia. Sehingga nantinya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, ini cita-cita yang sangat mungkin diwujudkan," kata Mamit.
Jika terus menerus bergantung dari energi berbasis fosil, lanjut Mamit, maka kedaulatan energi Indonesia sulit diwujudkan.
Pasalnya saat ini Indonesia telah menjadi importir energi fosil.