Sabtu, 4 Oktober 2025

Buka Sekolah Lapang, Megawati Harap BMKG Terus Update Peta Rawan Bencana dan Informasi Cuaca

Dalam pengarahan Megawati yang disampaikan Hasto, disampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi bencana begitu besar.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Hendra Gunawan
istimewa
Pembukaan Bersama Sekolah Lapang BMKG Tahun 2020 yang dilaksanakan secara virtual, di Jakarta, Senin (14/9/2020). 

Megawati juga berpesan soal betapa pentingnya BMKG memetakan daerah rawan likuifaksi, demi mencegah bencana seperti yang pernah terjadi di Kota Palu. 

Sebab bagi PDIP, peta bencana dari BMKG sangat dibutuhkan oleh para kepala daerah dalam menjabarkan peta ruang dan tata kota. PDIP sendiri memastikan bahwa semua kepala daerah dari partainya untuk selalu membasiskan tata kota wilayahnya berbasis pengetahuan di peta rawan bencana dikeluarkan BMKG.

"Seluruh peta bencana BMKG akan dijabarkan dalam peta ruang, arsitektur, dalam sistem desain rumah tahan gempa misalnya, sistem tata kota, sistem irigasi, perencanaan yang semesta sehingga kita sebagai bangsa sadar persoalan iklim dan bencana," begitu pesan Megawati yang disampaikan Hasto.

Selanjutnya, Megawati juga mengharapkan agar rakyat Indonesia dan badan seperti BMKG bersedia belajar dari bangsa lain seperti Jepang dan China. 

Negara-negara itu dianggap berhasil membangun kesadaran rakyatnya akan kerawanan bencana.

Terkait dengan Sekolah Lapang BMKG yang dilaksanakan atas kerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDIP, Hasto mengatakan pihaknya berharap ajang ini bisa menambah pengetahuan cuaca dan mengintegrasikan diri dengan aspek kebencanaan. 

Maka itulah, kerjasama BMKG dengan Baguna PDIP, yang satu-satunya dimiliki parpol di Indonesia, adalah jalan kemanusiaan. 

"Kami bergerak tanpa pernah membedakan suku, agama, status sosial. Yang tak pilih PDI Perjuangan pun, Baguna wajib hadir dan menolong. Maka itu kami berterima kasih dukungan BMKG karena selama ini kita bekerja sama dengan baik," pungkas Hasto.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa berdasarkan data suhu udara dan intensitas hujan yang dikumpulkan sejak tahun 1900, menunjukkan adanya tren signifikan peningkatan suhu udara yang mencapai di atas 1 derajat celcius. 

Di beberapa wilayah Indonesia, sudah mencapai lebih dari 1,2 derajat celcius. 

Sejak 1900, dicatat juga tren peningkatan curah hujan. Sebelum 1950, loncatan tersebut terjadi rata-rata 10-20 tahun sekali. 

Tapi sejak 1970, intensitas hujan dalam waktu satu atau dua hari mencapai sampai lebih dari 400 mm, seperti yang terjadi di bulan Januari 2020 yang lalu.

"Oleh karenanya kalau lihat grafik ini, betapa lebih seringnya hujan ekstrim di 30 tahun terakhir yang mengancam kegiatan pertanian, pelayaran, dan keselamatan masyarakat," kata Dwikorita.

Di sisi lain, data pemantauan gempa bumi, jika di 2017, dari rata-rata 4000-5000 gempa bumi pertahun, tahun 2017 menjadi lebih dari 7000 kali dengan berbagai magnitudo. 

Bahkan di 2018 dan 2019 mencapai lebih dari 11 ribu kali.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved