Rabu, 1 Oktober 2025

Cerita Meutya Hafid Saat Meliput Konflik di Irak, Disandera saat Dalam Perjalanan Menuju Baghdad

Mengawali karir sebagai seorang jurnalis, Meutya Hafid ternyata mendapat hadiah liputan ke luar negeri atas dedikasi dan kinerjanya

Tribunnews/JEPRIMA
Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid saat melakukan wawancara khususs dengan tim Tribunnews di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019). Pada kesempatan tersebut Meutya berbagi pengalamannya selama masih menjadi seorang jurnalis dan kecintaanya kepada hewan peliharaanya kucing dan burung. Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mendapat hadiah atas prestasi tentu akan menyenangkan.

Tapi pengalaman Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid sedikit berbeda.

Baca: Cerita Meutya Hafid Terjun ke Dunia Jurnalis Usai Lulus Kuliah Dari Australia

Mengawali karir sebagai seorang jurnalis, Meutya Hafid ternyata mendapat hadiah liputan ke luar negeri atas dedikasi dan kinerjanya.

Berkat kinerja Meutya Hafid yang dianggap bagus saat meliput bencana tsunami di Aceh pada 2004 silam, ia pun diberangkatkan ke Irak.

Tak disangka, perempuan kelahiran Bandung tersebut justru harus merasakan ditawan oleh sekelompok pria bersenjata yang menyebut dirinya Mujahidin di Irak.

Baca: Sosok Meutya Hafid, Terus Dicecar saat Pimpin Rapat Komisi I, Puji Menhan Prabowo Bawa Harapan Baru

Meutya Hafid bersama rekannya ditawan selama 168 jam, atau tepatnya dari 18 Februari 2005 hingga 21 Februari 2005.

Berikut wawancara khusus Tribunnews.com bersama Meutya di Ruang Tunggu VIP Komisi I DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019), terkait pengalamannya ditawan selama 168 jam :

Bagaimana awal mula cerita Mbak Meutya mendapatkan penugasan ke Irak untuk meliput pemilu pertama?

Saya baru pulang liputan tsunami (Aceh) Desember 2004, liputan saya dianggap bagus dan saya diberi hadiah. Hadiahnya adalah tugas ke luar negeri.

Tapi ternyata tugasnya ke Irak, jadi waktu itu agak kaget.

Baca: Prabowo: Rakyat Berhak dan Wajib Ikut Bela Negara

Tapi memang bagi saya hadiah itu apresiasi dan senang waktu dikirim, (saya) masih muda sekali waktu itu.

Memang takutnya masih sedikit, hampir nggak punya rasa takut.

Berangkat pun tanpa banyak persiapan karena kita mengejar waktu, Irak ketika itu mau pemilu pertama setelah Saddam Husein terguling.

Memang situasinya saat itu karena Amerika menginvasi di 2003 sampai 2005, masih ada pendudukan dan muncul perlawanan dari kelompok-kelompok di Irak.

Baca: Meutya Hafid: Golkar Dorong Munas Capai Musyawarah Mufakat

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved