Cerita Meutya Hafid Saat Meliput Konflik di Irak, Disandera saat Dalam Perjalanan Menuju Baghdad
Mengawali karir sebagai seorang jurnalis, Meutya Hafid ternyata mendapat hadiah liputan ke luar negeri atas dedikasi dan kinerjanya
Tapi ketika di gurun, saya langsung berpikir kita diculik.
Jadi harapan saya ketika itu masih ada ruang negosiasi nih.
Kemudian apa yang Anda sampaikan atau negosiasikan ke kelompok bersenjata tersebut?

Mulailah saya bicara bahwa kami dari Indonesia.
Indonesia itu negara yang sangat menjunjung dan menghormati Irak.
Kami menentang masuknya Amerika ke Irak.
Bahkan mahasiswa-mahasiswa kami banyak yang mendukung Anda gitu.
Anda itu artinya rakyat Irak.
Nggak mempan juga sih.
Tapi setidaknya saya merasa diperlakukan lebih baik daripada sandera yang lain.
Karena saya dulu kan sebagai penyiar, jurnalis, juga sering melaporkan wartawan-wartawan yang disandera.
Saya lihat ketika ada yang divideoin, ditayangkan di televisi (wartawan yang disandera) posisinya merunduk di bawah.
Nah waktu itu kan posisi saya berdiri, tegak.
Baca: Politikus PDIP Effendi Simbolon Berdebat dengan Prabowo Saat Rapat di Komisi I DPR
Tetap ada senjata di kiri, kanan, tapi paling tidak sedikit lebih manusiawi, diberi makan.
Jadi kalau mau dibilang dalam kondisi penyanderaan ya saya rasa itu sudah cukup baik.
Tentu ketika disandera ada didorong dengan senjata, dipaksa, dan lain-lain.
Tapi setelah itu saya cuma bersyukur bahwa saya bisa kembali selamat ke Indonesia dan bisa tetap bekerja sampai sekarang.