Followernya 3 Juta Lebih, Mahfud MD akan Terus Memberikan Pencerahan Melalui Medsos
Di media mainstream dan online, Mahfud juga selalu menjadi rujukan, selalu hadir dimintai pendapat dalam semua peristiwa di RI.
Tribun: Apakah Bapak punya latar belakang akademis di tiga bidang itu?
Mahfud MD: Ya, saya pernah belajar. Saya lulus S1 dalam Ilmu Hukum, lulus S2 dalam Ilmu Politik, dan lulus S3 dalam Hukum Tata Negara.
Tahun 1999 Saya menjadi guru besar di bidang Ilmu Politik Hukum.
Tribun: Bidang keagamaan belajar dari mana?
Mahfud MD: Saya orang Madura, sejak umur 6 tahun sudah belajar agama di surau dan madrasah diniyah dan pada umur 9 tahun sudah masuk pondok pesantren.
Baca: Diduga Bunuh Diri, Jenazah Brigpol Dewa Gede Alit Wirayuda Dikremasi Hari Ini
Saya juga masih aktif berceramah di masjid-masjid, termasuk di Masjid Istiqlal, mengisi pengajian di majelis taklim, mengisi acara keagamaan di hampir semua televisi yang konon berbeda-beda blok politiknya.
Tribun: Apakah Bapak tak terganggu dengan bully?
Mahfud MD: Saya tak terlalu peduli pada bully. Sebab yang membully kan hanya beberapa orang sedangkan yang menyukai jutaan orang. Itu bisa dihitung dari aktivitas di akun kita sendiri.
Tribun: Menurut Bapak siapa yang suka membully ?

Mahfud MD: Macam-macamlah. Ada yang memang beda pendapat dan pilihan politik, ada yang salah paham, ada yang akun bayaran, dan ada buzzer. Biar saja, ini kan demokrasi di era digital.
Yang membully karena beda pendapat dan pilihan politik saya hargai, yang buzzer dan akun bayaran saya anggap sampah. Gitu saja, tak repot-repot lah.
Baca: Singgung Harga Diri, Elza Syarief Laporkan Nikita Mirzani & Hotman Paris ke Berbagai Pihak
Tribun: Bapak tak sakit hati kepada buzzer dan akun bayaran yang membully?
Mahfud MD: Kalau sakit hati bisa berhenti main medsos. Saya terus saja. Sakit hati tak ada gunanya, sebab yang pembully bayaran dan buzzer itu bisanya hit and run, ngomong lalu lari dan menyembunyikan identitas.

Tribun: Bapak akan terus bercuit meski dibully?
Mahfud MD: Saya cukup berbesar hati karena yang menjadi korban bully bukan hanya saya. Banyak orang hebat seperti Pak Jokowi, Bu Mega, Pak SBY, Prabowo, Amien Rais bahkan Quraish Shihab tak pernah sepi dari bully.
Maka saya tak perlu risau denga bully-bully terhadap saya. Isinya kan itu-itu saja, orangnya yang itu-itu juga, menyembunyikan identitas dengan nama akun dan foto yang bukan jati dirinya.