Jumat, 3 Oktober 2025

Kata Novel Baswedan soal Isu Polisi Taliban Vs Polisi India di KPK

"Kaitannya dengan apa disebut Taliban? Kaitannya dengan apa disebut radikal?" katanya

TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
Penyidik Senior KPK Novel Baswedan di kediamannya, Kamis (11/4/2019) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan merespons soal adanya isu Polisi Taliban vs Polisi India di antara kalangan penyidik.

Novel sempat dituding berpaham radikal karena sering mengenakan celana cingkrang dan memelihara jenggot.

Baca: Tegur Debat Kusir Dua Kubu, Hakim Konstitusi : Buktikan di Persidangan!

Asia Pasific Advocacy Manager Amnesty International USA Fransisco Bencosme dan Penyidik KPK Novel Baswedan.
Asia Pasific Advocacy Manager Amnesty International USA Fransisco Bencosme dan Penyidik KPK Novel Baswedan. (Tribunnews.com/Ilham Rian Pratama)

"Kaitannya dengan apa disebut Taliban? Kaitannya dengan apa disebut radikal? Justru ketika seseorang mempunyai jenggot seperti saya, kadang menggunakan celana yang sedikit sesuai dengan sunah rasul, terus dipermasalahkan," ucap Novel bingung di Gedung Merah Putih KPK, Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (20/6/2019).

Menurutnya, pihak-pihak yang menudingnya seperti itu kurang pengetahuan.

Tegas Novel, ketika orang kurang pengetahuan, harus diberitahu.

"Tokoh-tokoh agama yang harus memberitahu orang bersangkutan. Tapi ketika ada perilaku saya ada yang disebut Taliban, saya justru pingin tahu perilaku yang mana, apakah menangkap koruptor dan kemudian tidak kompromi itu disebut radikal? Disebut Taliban?" tanya Novel.

Dia pun tak masalah disebut radikal, asal berkaitan dengan pemberantasan korupsi.

"Kalau begitu disebut enggak masalah apa buat saya. Memang penting apa dikatakan apapun. Sekarang persepsinya apa? Kalau persepsinya adalah ternyata menangkap koruptor dan tidak kompromi dengan koruptor, saya ikhlas disebut radikal," katanya.

Novel pun tak ambil pusing jika stigma radikal dan Taliban melekat pada dirinya, asal tetap berkaitan pada pemberantasan korupsi.

Katanya, ia tidak sedang melakukan pencitraan.

"Kalau saya diolok-olok, kira-kira jadi hina enggak saya? Pasti tidak. Kalau dipuji-puji jadi mulia? Enggak juga. Ngapain saya pusing dengan hal demikian. Bukankah kalau kita berbuat baik, ada aja orang yang berbuat sebaliknya? Ketika berbuat kebaikan ingin mendapat pujian tentu tidak, tergantung dengan motivasinya. Saya bukan sedang menjadi caleg atau apapun yang perlu pencitraan. Jadi enggak penting buat saya," pungkas Novel.

Sebelumnya, isu tersebut Polisi Taliban vs Polisi India di KPK menyeruak di media sosial gara-gara tulisan penggiat di media sosial, Denny Siregar yang ia unggah pada (13/6) lalu. 

Di dalam tulisan berjudul 'Ada Taliban di Dalam KPK'? ia menyebut ada dua kelompok yang dikenal dengan nama 'Polisi Taliban' dan 'Polisi India'. 

"Saya kurang tahu yang dimaksud dengan Polisi India. Mungkin mirip dengan Polisi India yang baru datang setelah kejadian sudah selesai," tulis Denny. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved