Komnas HAM Sebut Peristiwa Pembunuhan Dukun Santet di Jawa Timur Dilakukan Secara Sistematis
Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM peristiwa Pembunuhan Dukun Santet yang terjadi di beberapa wilayah di Jawa Timur dilakukan secara sistematis.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Ketua Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Pembunuhan Dukun Santet Tahun 1998-1999, Beka Ulung Hapsara menyebut peristiwa yang terjadi di beberapa wilayah di Jawa Timur tersebut dilakukan secara sistematis.
Ia pun membeberkan hasil temuan timnya yang menemukan pola peristiwa yang sama baik di Malang, Jember, dan Banyuwangi.
Menurut laporan tersebut, secara umum peristiwa pembunuhan dukun santet bisa dibagi ke dalam dua fase yakni fase perburuan dan pembunuhan dukun santet serta perburuan dan pembunuhan "ninja" dan orang gila.
Baca: Jokowi Dianggap Bohong soal Asal Sekolahnya di Solo, Gibran Rakabuming Akhirnya Beri Komentar
Fase perburuan dan pembunuhan dukun santet diawali dengan keresahan di masyarakat terkait dengan isu tertentu.
Di Banyuwangi, sebelum terjadinya kekerasan dengan isu dukun santet, masyarakat terkondisikan dengan kekerasan dan penjarahan toko-toko yang sebelumnya berawal dari unjuk rasa untuk menurunkan harga karena kesulitan ekonomi.
Pada 15 Januari 1998 terjadi kekerasan oleh aparat keamanan yang menyebabkan kerusuhan di Kecamatan Purwoharjo.
Baca: Viral di Twitter Jokowi Dituding Bohong Soal Asal SMAnya, Tanggapan Gibran Rakabuming Menggelitik
Sejak itu, penjarahan toko atau gudang yang disinyalir menimbun sembako terjadi di mana-mana.
Situasi ini membuat masyarakat sangat sensitif terhadap isu yang menyebar.
Pola peristiwa pembunuhan dukun santet di daerah Banyuwangi, Jember, dan Malang dapat dilihat dari beberapa unsur yang sama.
Baca: Tahun Kelulusan Jokowi di SMAN 6 Surakarta Dipertaruhkan, Warganet Sampai Rela Mati
Komnas HAM melihat hal tersebut sejak adanya isu etnis Tionghoa, radiogram Bupati Banyuwangi, dan tentara masuk desa sebelum kejadian.
Kemudian para pelaku yang bergerak adalah massa yang menggunakan pola sama berupa mematikan listrik, penggunaan tali dalam aksinya, dan adanya pihak yang menggerakkan massa tersebut.
Setelah itu, muncul massa yang bukan orang dari wilayah kejadian dan tidak menggunakan bahasa setempat.
Tim juga menemukan adanya penggunaan tanda berupa silang dan panah di rumah-rumah yang menjadi target.
Baca: Tes Kepribadian: Gambar yang Dilihat Pertama Kali Ungkapkan yang Penting Bagimu dalam Cinta
Terakhir, tim menemukan adanya peningkatan dalam peristiwa yang semula isu pembunuhan dukun santet, kemudian kemunculan ninja, dan kemunculan orang gila.