Kamis, 2 Oktober 2025

Pilpres 2019

Pengamat: Ancaman PKS untuk Memperjuangkan 'Coattail Effect' Kursi di DPR

Ancaman PKS akan abstain dalam Pilpres 2019 sebagai bentuk perjuangan untuk menggenjot perolehan suara dalam Pemilu Legislatif.

Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS/VINCENTIUS JYESTHA
Hendri Satrio 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ancaman PKS akan abstain dalam Pilpres 2019 sebagai bentuk perjuangan untuk menggenjot perolehan suara dalam Pemilu Legislatif.

PKS sebelumnya mengancam tidak akan memberikan dukungan kepada calon presiden mana pun jika Prabowo Subianto tidak meminang kadernya sebagai calon wakil presiden.

Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, mengatakan sebetulnya permintaan PKS tidak terlalu sulit untuk direalisasikan Prabowo.

Baca: KY Bakal Beri Pelatihan Kepada 80 Hakim yang Menangani Perkara Pemilu

"Yang diinginkan PKS sebetulnya kan bukan hal yang besar. PKS ingin ada sosok yang dia usung atau kadernya untuk menjadi Cawapresnya pak Prabowo," ujar pendiri lembaga survey KedaiKOPI ini, kepada Tribunnews.com, Rabu (1/8/2018).

Menurut dia, sebenarnya partai yang dimpimpin Sohibul Iman tersebut sedang memperjuangkan band wagon effect atau coattail effect.

Dimana siapa yang punya capres atau cawapres dalam Pilpres 2019 akan mendulang insentif elektoral yang signifikan.

Baca: Cak Imin Pastikan PKB Coret Bakal Calon Legislatif Mantan Narapidana Korupsi

"Yang diinginkan PKS itu adalah coacttail effect untuk Pileg," ujar Hendri Satrio.

Dia menyakini PKS berhitung dampak tokoh yang menjadi Cawapres dari Prabowo bagi perolehan suaranya saat Pileg mendatang.

Karena itu, bisa dipahami kalau PKS benar-benar berjuang agar ada kader atau sosok yang diusungnya menjadi pendamping Prabowo untuk menghadapi pasangan petahan Joko Widodo (Jokowi).

Baca: Jokowi Pegangan Tangan dengan Maruf Amin‎ Saat Memasuki Acara Dzikir dan Doa Kebangsaan

Menurut dia, PKS sadar jika tidak ada kadernya sebagai Cawapres, maka penambahan kursi di parlemen tidak akan ada pada Pemilu 2019.

Apalagi, berdasarkan hasil survei Kedai Kopi, kata dia, hastag 2019 ganti Presiden yang digagas politikus PKS Mardani Ali Sera dianggap publik sebagai gagasan Gerindra dan Prabowo.

"Ini sangat dimengerti, bayangkan saja hastag 2019 ganti presiden itu kalau dari survei KedaiKopi 3-7 Juli 2018 di 10 provinsi, paling banyak memahami itu miliknya Gerindra dan alumni 212," jelasnya.

"Padahal yang menggelorakan itu adalah kader PKS, Mardani Ali Sera," katanya.

Berdasarkan survei, coattail effect atas hastag 2019 ganti presiden imbuhnya, justru mengalir untuk Gerindra, bukan PKS.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved