Jumat, 3 Oktober 2025

Sebelum Ada Solar Lantern, Nelayan Desa Riangbura Terbatas Bekerja Di Malam Hari

Andreas Tutumuda (53), seorang warga Desa Riangbura, yang memiliki profesi sebagai nelayan, mengaku terbantu dengan adanya solar lantern.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Fitri Wulandari
Seorang nelayan di pesisir Desa Riangbura, Ile Bura, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Minggu (28/1/2018), saat hendak memasukkan solar lantern Panasonic ke dalam plastik untuk dimanfaatkan sebagai penerangan saat melaut dan menghindari dari hujan. 

Baca: PDIP: Jokowi Pasti Bijak dan Proporsional Lihat Aktifnya Puan di Partai

"Kami ada kurang lebih 15 orang, hanya kami (menjadi) nelayan ini musiman, musim barat ini kami tidak terlalu (melaut) karena angin besar," jelas Andreas.

Ia menambahkan, dari 182 Kepala keluarga (KK), hanya 15 orang saja di Desa Riangbura yang menjadi nelayan.

Selebihnya memiliki beragam pekerjaan, mulai dari bercocok tanam, hingga membuat bubu yakni perangkap tradisional untuk menangkap ikan di laut.

"192 kk, cuma 15 (orang) yang (menjadi) nelayan, karena kebanyakan (ada yang menjadi) petani, kebanyakan juga bikin bubu, masing-masing bakatnya," jelas Andreas.

Pekerjaan sebagai nelayan juga dilakukan masing-masing, tidak seperti kaum ibu di desa itu yang menenun secara beekelompok.

"Nggak ada kelompok kayak ibu-ibu tenun, mereka (nelayan) hanya sendiri, masing-masing," kata Andreas.

Andreas merupakan salah satu warga Desa Riangbura yang merasa aktivitasnya terhambat karena keterbatasan pencahayaan.

Desa Riangbura yang terletak di Kecamatan Ile Bura, merupakan desa yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota Flores.

Jika menempuh perjalanan darat dari Maumere ke desa tersebut, membutuhkan waktu selama dua jam dan harus melewati jalur Trans Flores.

Kendala lainnya yang dihadapi jika hendak berkunjung ke Kecamatan Ilebura adalah angin kencang yang sering mengakibatkan pohon tumbang.

Tidak heran, karena kawasan itu berada tepat di pesisir pantai.

Namun tumbangnya pohon berimbas pada pasokan listrik ke desa-desa yang berada di Ilebura, hal itu karena gardu listrik untuk Ilebura masuk dalam wilayah Larantuka, sehingga jika Larantuka mengalami pemadaman listrik, maka Ilebura pun akan terkena dampaknya.

Panasonic pun telah memberikan empat ratusan lampu yang disebut solar lantern sebagai salah satu cara peduli terhadap kemajuan masyarakat di daerah tersebut.

Melalui 'Proyek 100 Ribu Solar Lanterns', Panasonic ingin merubah kebiasaan masyarakat di desa terpencil di Flores Timur agar bisa menjalankan kegiatan pada malam hari, seperti masyarakat lainnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved