Jumat, 3 Oktober 2025

Lebaran 2016

Idul Fitri Bermakna Hari Kembali Sucinya Jiwa Umat Muslim

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia menjadi lebih mulia."

Editor: Johnson Simanjuntak
Warta Kota/Henry Lopulalan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) Said Aqil Siraj 

Dari sejarahnya, masyarakat Indonesia yang beradab dan bermartabat sudah pernah lahir sebagai kekuatan dunia dalam kerajaan-kerajaan, seperti Sriwijaya, Majapahit, dan kesultanan-kesultanan Islam sejak abad ke-9 sampai abad ke-15.

Realitas sejarah mengesankan kepada generasi sekarang bahwa bobot dan kualitas berkeadaban dan bermartabat itu lahir dari rahim masyarakat yang majemuk.

Moto Bhinneka Tunggal Ika merupakan cantelan dalam berkehidupan bermasyarakat yang beradab dan bermartabat. Moto ini adalah cita-cita adiluhung bangsa Indonesia untuk terciptanya masyarakat yang beradab dan bermartabat.

Upaya untuk mencapai kualitas hidup yang optimal untuk menjadi lebih sejahtera, berkeadilan, dan berkemakmuran, niscaya akan membawa masyarakat dapat duduk sama rendah dan tegak sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Untuk itulah, diperlukan infrastruktur harmonisasi sosial dalam kehidupan bersama. Menghormati pluralitas harus sejalan dengan menghormati peradaban dan martabat.

Tidak ada artinya pluralitas kalau yang dipertahankan adalah budaya primitif, keterbelakangan, dan hanya asal berbeda dengan alasan kemurnian penghormatan budaya lokal atau hak asasi manusia tanpa mempertimbangkan hak manusia lainnya dalam sistem kehidupan bersama.

Sikap sadar kemajemukan berarti pula sikap sadar terhadap multikultural. Artinya, sikap ini menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan.

Konsep tersebut mengajak masyarakat dalam arus perubahan sosial, sistem tata nilai kehidupan dengan menjunjung tinggi toleransi, kerukunan dan perdamaian, serta menghindari sejauh mungkin konflik atau kekerasan meskipun terdapat perbedaan sistem sosial di dalamnya.

Konsep multikultural tidaklah hanya disamakan dengan konsep keanekaragaman yang hanya menggambarkan bahwa kita beragam secara agama, suku bangsa, atau kebudayaan yang menjadi ciri khas masyarakat majemuk.

Yang terpenting, multikultural lebih menekankan adanya saling menghargai dan rasa memiliki dalam kesederajatan serta meningkatkan solidaritas yang menuntut kita untuk melupakan upaya-upaya penguatan identitas.

Kehidupan multikultural adalah landasan kesadaran akan keberadaan diri tanpa merendahkan yang lain.

Bumi kedamaian

Bangsa Indonesia sendiri adalah bangsa yang hidup dalam suasana pluralitas dan multikultural sehingga terbiasa dengan berbagai perbedaan, serta menerima perbedaan tersebut dengan prinsip hidup berdampingan secara damai.

Jangan sampai dalam mengarungi arus modernisasi dan derap perubahan sosial yang cepat, kedamaian yang sudah berlangsung lama itu terganggu dengan munculnya konflik-konflik sosial, radikalisme, atau terorisme dengan semangat buta pembelaan etnik dan agama sehingga integritas keindonesiaan dan kerukunan, terutama kerukunan umat beragama yang pernah dibanggakan bahkan diakui oleh bangsa lain, menjadi luntur.

Kebinekaan merupakan kekayaan. Keberadaan dan perbedaan agama jelas sebagai rahmat yang harus disyukuri.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved