Selasa, 7 Oktober 2025

Hukuman Kebiri

Heboh Hukuman Kebiri, Kisahnya Berawal dari Kasim Istana

Banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap anak muncul wacana hukuman kebiri bagi pelakunya bila terbukti melakukan hal tersebut.

Penulis: Robertus Rimawan
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi. 

Orang kasim biasanya dianggap tidak mempunyai loyalitas kepada militer, kaum bangsawan, ataupun keluarganya sendiri karena mereka tidak mempunyai keturunan ataupun keluarga ipar, dan karena itu biasanya dianggap lebih dapat dipercaya dan tidak mempunyai kepentingan untuk membangun 'dinasti'-nya sendiri.

Karena kondisi mereka biasanya membuat status mereka rendah, mereka pun dapat dengan mudah digantikan atau dibunuh tanpa menimbulkan kehebohan.

Dalam kebudayaan yang mempraktikkan harem dan orang kasim, mereka kadang-kadang digunakan sebagai pelayan harem .

Orang kasim pertama disebutkan di Kekaisaran Asyur (l.k. 850 hingga 622 SM). Mereka pun biasa tampil di istana kaisar-kaisar Akhemenid dari Persia atau firaun dari Mesir (hingga dinasti Lagid yang dikenal sebagai Ptolemeus, yang berakhir dengan Cleopatra).

Di Tiongkok kuno, pengebirian adalah salah satu bentuk hukuman tradisional (hingga Dinasti Sui) dan sarana untuk mendapatkan pekerjaan di kalangan istana Kaisar.

Pada akhir Dinasti Ming ada 70.000 orang kasim di Istana kaisar. Jabatan seperti itu demikian berharga—orang-orang kasim tertentu berhasil mendapatkan kekuasaan yang demikian besar sehingga melampaui kekuasaan perdana menteris—sehingga pengebirian diri sendiri harus dilarang.

Jumlah orang kasim yang menjadi pegawai Istana Kaisar akhirnya menurun hingga 470 orang pada 1912, ketika mereka tidak lagi dipekerjakan.

Orang-orang kasim diberikan jabatan-jabatan pegawai negeri yang demikian tinggi dengan alasan bahwa karena mereka tidak dapat mempunyai anak, mereka tidak akan tergoda untuk merebut kekuasaan dan memulai sebuah dinasti. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved