Selasa, 7 Oktober 2025

Hukuman Kebiri

Heboh Hukuman Kebiri, Kisahnya Berawal dari Kasim Istana

Banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap anak muncul wacana hukuman kebiri bagi pelakunya bila terbukti melakukan hal tersebut.

Penulis: Robertus Rimawan
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi. 

Pengobatan dengan mengurangi atau menghilangkan asupan hormon testosteron -baik secara kimia ataupun bedah dilakukan untuk memperlambat perkembangan kanker.

Hilangnya testis yang berarti hilangnya pula hormon testosteron mengurangi hasrat seksual, obsesi, dan perilaku seksual.

Kaum transseksual laki-laki yang merasa dirinya perempuan ada yang menjalani prosedur orchiektomi, penghilangan alat kelami laki-laki, sebagai bagian dari operasi ganti kelamin dari laki-laki menjadi perempuan.

Orang kasim

Orang kasim adalah laki-laki yang telah dikebiri.

Mereka telah kehilangan kesuburannya karena buah zakarnya telah dibuang dengan sengaja atau karena kecelakaan atau karena sebab-sebab lain, tidak berfungsi.

Catatan-catatan paling awal tentang pengebirian dengan sengaja untuk menghasilkan orang kasim berasal dari kota Lagash di Sumeria pada abad ke-21 SM.

Sejak itu, selama beribu-ribu tahun orang kasim melakukan berbagai fungsi di berbagai kebudayaan seperti pelayan istana atau pelayan rumah tangga yang sejenis, penyanyi laki-laki dengan suara tinggi, petugas-petugas keagamaan khusus, pejabat pemerintah, komandan militer, dan pengawal kaum perempuan ataupun pelayan di harem.

Kepala orang kasim terdapat di Kekaisaran Bizantium, dan mereka menjabat sebagai salah satu pejabat utama di Konstantinopel di bawah kaisar.

Dalam bahasa Inggris, orang kasim disebut eunuch, dari kata dalam bahasa Yunani, eune (tempat tidur) dan ekhein (menjaga). Jadi kata ini berarti 'penjaga tempat tidu'".

Para hamba atau budak biasanya dikebiri untuk menjadikan mereka pelayan yang aman di istana kerajaan, di mana akses fisik kepada penguasa dapat membuat mereka sangat berpengaruh.

Meskipun demikian, pekerjaan domestik yang mereka lakukan tampaknya rendah, seperti membereskan tempat tidur, memandikan raja, memotong rambutnya, membuang kotorannya atau bahkan meneruskan pesan-pesan untuk raja.

Singkatnya, mereka berfungsi sebagai 'telinga raja', dan karenanya dapat memberikan kekuasaan kepada hamba yang rendah namun dipercaya.

Mereka umumnya berasal dari keluarga yang rendah dan memulai jabatannya sebagai hamba yang mengawal pintu masuk ke ruang belajar seorang pejabat.

Dari situ banyak yang kemudian berhasil menduduki jabatan-jabatan penting.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved