Jumat, 3 Oktober 2025

Opini

Pernak-pernik Golkar

Inilah ujian terberat bagi Partai Golkar.

Editor: Hasanudin Aco
KOMPAS/DIDIE SW
Ilustrasi 

Kegamangan politik

Bila kita mendekatinya dari aspek psikologi dan superioritas intelektual para elite, meminjam teori elite klasik dari Vilfredo Pareto, para pendukung ARB juga masih merasa sebagai the governing elites yang berhadapan dengan non-governing elites di tubuh Partai Golkar. Mereka sulit menerima bahwa sirkulasi elite atau kelas penguasa di tubuh Partai Golkar bisa saja terjadi. Elite dan sub-elite pendukung ARB juga sulit menerima kenyataan bahwa posisi politik mereka dapat berubah dari elite atau kelas penguasa menjadi elite atau kelas yang tidak berkuasa di Partai Golkar.

Partai Golkar juga mengalami kegamangan politik dari the ruling party menjadi partai oposisi atau penyeimbang. Gaya berpolitik parlementer pun muncul kembali saat mereka berupaya untuk mendapatkan dukungan teman-teman sekoalisinya di Koalisi Merah Putih (KMP) melalui upaya pengajuan hak angket terhadap Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly. Padahal, dalam sistem presidensial tidak dikenal hak angket terhadap menteri yang adalah pembantu presiden.

Kelompok ARB benar bahwa di era reformasi dan demokrasi ini tidak boleh lagi ada intervensi pemerintah terhadap partai-partai politik, seperti yang dilakukan pemerintahan Orde Baru terhadap PPP dan PDI. Namun, intervensi politik tidak mungkin terjadi bila semua elite di Partai Golkar, the ruling class ataupun kelas yang diperintah (the ruled class) dapat menyelesaikan konflik internalnya sendiri.

Inilah ujian terberat bagi Partai Golkar: apakah pelembagaan politik dan demokrasi internal sudah merasuk ke diri para elite Golkar, ataukah Golkar justru menjadi partai pariah yang legitimasi kepemimpinannya bergantung pada pemerintah.

Ikrar Nusa Bhakti
Profesor Riset di Pusat Penelitian Politik-LIPI

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved