Minggu, 5 Oktober 2025

Ramadan 2013

Ulama Kecam Lawakan Saat Sahur di Televisi

cara hiburan lawakan yang ditayangkan televisi saat sahur, Rabu (10/7) dinihari, memantik kecaman.

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-inlihat foto Ulama Kecam Lawakan Saat Sahur di Televisi
NET
KH Nur Iskandar SQ

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA--Baru memasuki hari pertama Ramadan, acara hiburan lawakan yang ditayangkan televisi saat sahur, Rabu (10/7) dinihari, memantik kecaman. Pemimpin Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Dr KH Noer Muhammad Iskandar SQ menilai tayangan lawakan bertentangan etika dan vulgar.

Kyai Noer Muhammad Iskandar mengaku mendapat komplain keluarganya yang melihat tayangan televisi setelah menikmati sahur. Seorang pembawa acara bertingkah konyol dengan cara mencandai rekannya yang wanita tanpa merasa bersalah.  

"Pelawak ini bergandengan tangan dengan orang yang bukan muhrimnya dan ditayangkan ketika orang sedang sahur," tegas Kyai Noer Muhammad di Jakarta, Rabu (10/7) kemarin.

Menurut sang ulama, tidak sepantasnya televisi membuat program yang malah bertentangan nilai-nilai Ramadan. Tingkah laku seperti itu seharusnya dihukum, karena bertindak tak sesuai nilai-nilai yang berlaku, bahkan malah dengan bebasnya disiarkan dan ditonton publik se Tanah Air.

"Ini tindakan amoral," kecam KH Noer Muhammad. Ia meminta media televisi tidak merusak suasana Bulan Suci Ramadan. "Sebaliknya, mendukung terciptanya kegiatan yang mendorong pelaksanaan praktik beribadah," tandasnya.

Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Azimah Subagijo tak kalah tajam mengkritik stasiun televisi yang menyiarkan tayangan tak mendidik saat Ramadan. "Tidak sepantasnya program tayangan membawa simbol-simbol agama, kemudian menjadikannya bahan lelucon," tegasnya.
Menurut Azimah, jika sang produser kreatif, lawakan yang disajikan tetap sehat. ''KPI berharap tayangan-tayangan televisi bisa membawa spiritual Ramadan. Bukan acara-acara yang memperdengarkan kata-kata pornografi," tuturnya.

Sebelum Ramadan, KPI telah melakukan pemantauan seluruh tayangan televisi di Indonesia. KPI minta televisi dan radio menyajikan acara spiritual Ramadan yang bermutu.

Kendati demikian, setelah dievaluasi sampai kemarin, KPI masih banyak menemukan tayangan kurang pantas. Misalnya, banyak tayangan yang mengangkat materi keagamaan, tapi tak dipandu ahlinya.

Azimah menunjuk contoh, tiba-tiba artis dilabeli ustaz atau ustazah, tapi tak memiliki keahlian dalam agama. KPI juga banyak menerima pengaduan masyarakat terkait masalah ini.

Sebelumnya, mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) berharap televisi bisa memberi tayangan mendidik selama Ramadan. "Tayangan televisi harus tetap mendidik, meski banyak tayangan Islami yang dibalut humor. Tak masalah, asal tak mengurangi nilai Islaminya," ujarnya.

JK yang juga menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) tak menampik, jika tayangan yang disajikan tak jauh dari tema humor dan lucu. Namun, ia tetap berharap agar konteks yang ditampilkan tidak bersifat konyol.

"Kita menganjurkan kalau humor, jangan konyol. Jangan sampai merendahkan dakwahnya sendiri, nanti banyak orang yang tersinggung," tegasnya.
JK mengingatkan, Indonesia saat ini tak memiliki tokoh religi yang mampu membawakan program televisi Ramadan dengan baik.

Menurutnya, dulu Ustaz Jefri dan Aa Gym mampu membawakan program televisi yang mendidik serta meningkatkan iman dan takwa.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memonitor siaran televisi dan radio selama Ramadan memperingatkan televisi maupun media lainnya agar tayangan tak melanggar nilai-nilai Islami dan akhlak.

Sebagai bentuk tanggungjawab kepada bangsa, Ketua MUI, KH Maruf Amin minta program Ramadan yang ditayang televisi dan radio, sesuai nilai akhlakul kharimah sehingga tercipta situasi Ramadan yang khusyuk dan khidmat.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved